0 0
Read Time:2 Minute, 58 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti dampak perubahan iklim terhadap kelompok masyarakat tertentu. Wanita hamil, bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dan lansia disebut-sebut menghadapi risiko kesehatan serius akibat perubahan iklim. Namun kebutuhan spesifik kelompok-kelompok ini sering diabaikan dalam respons terhadap perubahan iklim, menurut sebuah artikel baru yang diterbitkan dalam Journal of Global Health. 

Artikel ini menyajikan bukti ilmiah mengenai dampak kesehatan dari berbagai risiko iklim pada tahap-tahap penting kehidupan, mulai dari gelombang panas, polusi udara, hingga bencana alam seperti kebakaran hutan dan banjir.

Dokumen tersebut, yang dikutip di situs resmi WHO, menunjukkan bahwa risiko kesehatan terkait perubahan iklim bagi kaum muda dan tua serta selama kehamilan, serta dampak serius dan berpotensi mengancam jiwa, sering kali diremehkan.

Misalnya, selama gelombang panas terjadi peningkatan kelahiran prematur (penyebab utama kematian anak), sementara orang lanjut usia lebih mungkin menderita serangan jantung atau masalah pernapasan. Peningkatan suhu minimum harian sebesar 1°C di atas 23,9°C dapat meningkatkan risiko kematian bayi hingga 22,4%. 

“Studi-studi ini dengan jelas menunjukkan bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman besar terhadap kesehatan dan bahwa beberapa masyarakat sudah menanggung akibatnya,” kata Dr. Anshu Banerjee dari WHO.

“Kesadaran akan perubahan iklim telah meningkat, namun tindakan yang diambil masih belum cukup untuk melindungi mereka yang paling berisiko. Kita harus segera mengatasi masalah ini jika kita ingin mencapai keadilan iklim.”

 

Dokumen ini ditulis oleh para ahli WHO dan akademisi global dengan judul ‘Perubahan iklim menurut siklus hidup’.

Mereka melaporkan dampak berbagai risiko iklim terhadap kesehatan fisik dan mental. Misalnya, suhu tinggi telah dikaitkan dengan kelahiran prematur, lahir mati, tekanan darah tinggi, dan diabetes gestasional selama kehamilan. Gelombang panas mempengaruhi fungsi kognitif dan pembelajaran pada anak-anak dan remaja serta meningkatkan serangan jantung dan masalah pernapasan pada orang dewasa yang lebih tua. Polusi udara meningkatkan risiko tekanan darah tinggi saat hamil, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, serta gangguan perkembangan otak dan paru-paru pada janin. Hal ini juga meningkatkan risiko kanker, penyakit kardiovaskular, dan pneumonia, serta risiko penyakit pernapasan pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua. Bencana alam seperti banjir dan kekeringan mengurangi akses terhadap air bersih dan makanan serta meningkatkan penyakit diare dan malnutrisi. Kebakaran hutan meningkatkan gangguan pernapasan dan kematian kardiovaskular di kalangan lansia.

 

Perubahan iklim berdampak pada semua orang, namun kelompok rentan seperti bayi, lansia, dan wanita hamil memiliki risiko lebih besar karena faktor fisiologis seperti termoregulasi, dehidrasi, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Mereka juga lebih terkena dampak tidak langsung dari perubahan iklim, seperti kekurangan pangan dan air serta meningkatnya penyakit.

“Lingkungan yang sehat mendukung kesehatan seumur hidup, memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada masa kanak-kanak dan remaja, kehamilan yang sehat, dan penuaan yang sehat,” kata Anayda Portela dari WHO.

“Mitigasi perubahan iklim sangat mendesak dilakukan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca dan membangun ketahanan iklim. Tindakan nyata diperlukan untuk melindungi kesehatan di berbagai tahap kehidupan dan memastikan akses berkelanjutan terhadap layanan kesehatan ketika terjadi bencana.”

 

Dengan mendokumentasikan dampak risiko iklim terhadap kesehatan masyarakat tertentu, para peneliti berharap dapat membantu pemerintah dan program merencanakan tindakan yang tepat.

Langkah-langkah adaptasi iklim yang ada saat ini jarang disesuaikan dengan kebutuhan perempuan, bayi, anak-anak, remaja dan orang lanjut usia, yang mungkin memiliki keterbatasan kognitif dan mobilitas. Tindakan yang dilakukan harus mencakup mempersiapkan sistem sosial, pendidikan dan pengasuhan anak untuk menghadapi kondisi iklim ekstrem dan kenaikan suhu, serta melibatkan masyarakat dari segala usia dalam aksi, dialog, dan perencanaan perubahan iklim.

Tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas dalam 170 tahun terakhir, dengan berbagai keadaan darurat iklim termasuk kebakaran hutan, angin topan, banjir, dan gelombang panas.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D