Jakarta – Wakil Presiden Indonesia (WAPRES) Kh.H. Maruf Amin membuka Dewan Wakaf Indonesia (Rakornas) di Jakarta pada 4-6 Desember 2023. Kiai Maruf dalam pidatonya di Majelis Nasional BWI menyampaikan bahwa kesejahteraan Tanah Air menunjukkan tanda-tanda kemajuan positif dan terus berkembang:
“Wakaf yang semula bersifat sosial, kini wakaf telah berkembang menjadi bentuk tata kelola yang lebih efektif dan mendukung pemberdayaan masyarakat,” kata Kiai Maruf dalam Rakornas BWI, Senin, 4 Desember 2023 malam.
Kiai Maruf mengatakan, banyak penerima manfaat program pemberdayaan sosial, pendidikan dan ekonomi serta usaha mikro dan kecil yang mendapat dukungan dan manfaat langsung dari efektifnya pengelolaan wakaf, sehingga kini mulai mewariskan kepada generasi muda, baik profesi maupun struktur sosialnya. antara lain disebabkan oleh munculnya berbagai alat wakaf produktif.
Wapres mengatakan, pemangku kepentingan wakaf juga semakin luas, tidak hanya di lingkup Kementerian Agama (Kemenag) dan BWI saja, namun sudah banyak kementerian dan lembaga yang terlibat, serta kesadaran terhadap industri perbankan syariah yang terus tumbuh. . Demikian pula, perhatian juga diberikan pada pentingnya penggunaan teknologi dalam pengelolaan wakaf.
Melihat kondisi ini, saya melihat Kementerian Agama dan Departemen Wakaf Indonesia sebagai pelaku utama wakaf nasional harus segera mengoptimalkan upaya transformasi yang telah dilakukan, kata Kiai Maruf.
Wapres juga mengapresiasi penyusunan Peta Jalan Wakaf Nasional 2024-2029 yang merupakan hasil kerja sama Komite Nasional Keuangan dan Ekonomi Syariah (KNEKS), Kementerian Agama, BWI dan kementerian atau lembaga terkait lainnya, termasuk Nadzir. , asosiasi nadzir, industri keuangan syariah dan akademisi.
“Saya berharap peta jalan ini dapat menjadi panduan bagi pengambil kebijakan untuk mendorong pengembangan wakaf yang efektif, kolaboratif, dan inklusif,” jelas Wapres.
Di tempat yang sama, Ketua Eksekutif BWI Profesor Mohammad Nuh mengatakan BWI telah menyiapkan peta jalan Wakaf nasional.
“Meningkatnya jumlah pemegang wakaf merupakan hal yang lumrah, namun belum cukup, sehingga kami ingin beralih dari wakaf dan wakaf ke pengelolaan yang lebih profesional, lebih efisien, karena yang disalurkan kepada penerima manfaat maukuf alayhi atau wakaf adalah hasil pengelolaan wakaf,” kata Prof. Noé kepada wartawan usai pembukaan Rakornas ICM.
Profesor Nuh menjelaskan, dalam wakaf yang bisa dibagikan adalah hasil didikan atau inti dari wakaf. Oleh karena itu, pengelolaan hasil wakaf yang efektif menjadi isu sentral karena yang bisa dibagikan adalah hasil produktivitas wakaf.
“Tapi itu belum cukup. Kita ingin melakukan transformasi ketiga, yaitu bagaimana penyaluran penerima manfaat (wakaf), sehingga kalau itu bisa kita lakukan transformasi wakaf 4.0 dengan mudah.” ”, kata Prof. Nuh
Direktur Eksekutif BWI ini menambahkan, mereka yang dulunya penerima wakaf (mauquf alaihi) mencoba menjadi wakaf atau pemberi wakaf. Karena pendapatan dari wakaf produktif membantu mereka, mereka yang dulunya penerima wakaf. . Inilah yang akan terjadi di masa depan.
Prof Nuh menegaskan, tidak ada cara lain untuk memperkuat hal tersebut, kecuali memperkuat para nadzir dan menjadikan mereka lebih kompeten. Karena nadzir adalah pengelola harta wakaf. Karena itulah BWI sudah punya rencana untuk menjadikan Nadzir lebih kompeten.
Baca artikel edukasi menarik lainnya di link ini. BRI Luncurkan Web Series HUT ke-129 Gunakan Hati Reborn di ‘Juara Inklusi Keuangan’ dianrakyat.co.id.co.id 14 Desember 2024