0 0
Read Time:2 Minute, 50 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Transplantasi adalah pengambilan organ, sel atau jaringan dari tubuh seseorang dan memasukkan organ tersebut ke dalam tubuh pasien yang cacat.

Ahli Urologi Gerhard Reinaldi Situmorang, PhD. Oleh karena itu, prosedur ini pasti akan menyelamatkan nyawa para pendonor.

Transplantasi baru dipertimbangkan setelah semua pengobatan lain gagal dan dokter yakin pasien hanya bisa disembuhkan dengan transplantasi, kata Gerhard 2024 Sudirman dari Asosiasi Transplantasi Indonesia (INATIS) pada Car Free Day, Minggu, Juni. . 9 2024.

Ia mengatakan, saat ini Indonesia sudah memiliki teknologi pertukaran yang maju. Beberapa kemajuan ini ditandai dengan peningkatan tingkat konversi. Sebelumnya hanya organ seperti ginjal dan hati yang ditransplantasikan. Transplantasi sel dan jaringan kini juga dapat dilakukan di Indonesia.

Selain itu, kemajuan ini mencakup peningkatan usia pasien yang dapat ditransplantasikan. Misalnya saja transplantasi ginjal yang sebelumnya hanya dilakukan pada orang dewasa. Sekarang anak-anak bisa melakukannya. Transplantasi hati, yang awalnya hanya dilakukan pada anak-anak, kini juga dilakukan pada orang dewasa. 

“Tentunya perkembangan pertukaran ini tidak lepas dari dukungan pemerintah yang terus menyempurnakan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dapat membiayai obat-obatan yang diperlukan untuk prosedur transplantasi dan perawatan setelahnya.”

“Selain itu, pemerintah mendorong pengembangan layanan penukaran di berbagai pusat di luar Pulau Jawa. Sehingga masyarakat di Indonesia Barat dan Timur bisa mengakses layanan tersebut,” jelas Gerhardt.

Secara teknis, lanjut Gerhard, operasi donor kini memiliki waktu perawatan yang lebih singkat karena menggunakan teknik modern. Pemantauan pasca operasi terhadap penerima juga lebih intensif, dengan tingkat komplikasi yang jauh lebih rendah baik bagi penerima maupun donor.

Tingkat kelangsungan hidup penerima transplantasi juga meningkat karena kemajuan teknologi kesehatan dan pengobatan.

“Hal lain yang perlu Anda waspadai adalah kemungkinan menerima transplantasi organ dari golongan darah berbeda atau donor yang tidak kompatibel dengan ABO,” jelas Gerhardt.

Terkait inovasi teknologi dan teknik yang digunakan, beberapa di antaranya adalah tes crossmatch, laparoskopi, dan tes human leukosit antigen (HLA).

HLA adalah protein dalam sel tubuh manusia yang digunakan untuk mencocokkan donor dan penerima saat transplantasi dilakukan. Sedangkan transplantasi kornea menggunakan alat regeneratif yaitu keratoplasti endotel membran Descemet (DMEK). Ini adalah pendekatan baru untuk menggantikan lapisan endotelium dan membran Descemet yang rusak.

Ada juga Descemet stripping endothelial keratoplasty (DSEK), yang menggantikan lapisan endotel kornea yang rusak. Selain itu, Descemet stripping keratoplasti endotel otomatis (DSAEK) mirip dengan DSEK tetapi menggunakan teknologi otomatis (mikrokeratome) untuk menyiapkan jaringan donor, laser, dan rekayasa jaringan.

Perkembangan sistem pencatatan untuk meningkatkan jumlah pendonor terus berkembang dan diawali dengan Program Pendaftaran Transplantasi. Pemerintah juga berencana mengembangkan layanan transplantasi donor kadaver sehingga lebih banyak pasien dapat menerima organ untuk transplantasi.

“Inovasi lain yang sedang dikembangkan adalah layanan sel induk yang bisa sangat bermanfaat bagi penderita penyakit, terutama penyakit hematologi atau kelainan darah,” kata Gerhard.

Meskipun banyak kemajuan telah dicapai di sektor devisa Indonesia, masih banyak hambatan yang harus diatasi.

“Kami yakin Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang ini, namun masih banyak keterbatasan yang akan dialami. Misalnya integrasi layanan dan ketersediaan layanan pendukung transplantasi seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan sumber daya manusia masih terkonsentrasi di kota-kota besar.”

Selain itu, terbatasnya pilihan obat juga masih menjadi tantangan karena birokrasi yang panjang dan biaya persiapan transplantasi yang masih relatif mahal.

“Hal ini akan terus menjadi perhatian kami, dan kami berharap akses terhadap transplantasi akan semakin luas di masa depan,” kata Gerhardt.

Namun selain akses dan fasilitas, hambatannya adalah terkait dengan terbatasnya jumlah pendonor, terutama pendonor hidup, karena pendonor organ padat hanya berasal dari pendonor hidup sehingga jumlah pasien yang dapat ditransplantasikan terbatas, ujarnya. selesai

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D