0 0
Read Time:1 Minute, 24 Second

JAKARTA – Direktur Eksekutif Center for Economic and Legal Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan tantangan ekonomi nyata baru akan dirasakan Indonesia pada kuartal III dan IV tahun 2024.

Menurut dia, hal itu tercermin dari indikator PMI manufaktur yang berada di bawah 50 yang berarti sektor industri sedang memperlambat pembelian bahan baku/ekspansi.

“Pada triwulan II tahun 2024, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen, ini sebenarnya tantangan yang belum terlihat. Tantangan sebenarnya baru muncul pada triwulan III dan triwulan IV. Kenapa? Karena tekanan-tekanan ekonomi tersebut mulai muncul. pada kuartal III. Salah satunya adalah Purchasing Managers Index yang “terlihat tidak mengalami ekspansi atau di bawah 50”, jelas Bhima kepada Sindonnews, Jumat (09/08/2024).

Bhima pun menilai daya beli masyarakat kelas menengah masih lemah. Apalagi, pada kuartal III-2024, tidak ada “peristiwa” yang bisa meningkatkan belanja rumah tangga seperti Ramadhan dan Idul Fitri.

“Sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan perlambatan dari 9,31% menjadi 3,17% y-o-y pada Q2 II seiring dengan koreksi harga berbagai produk termasuk nikel,” jelas Bhima.

Berikutnya, sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 7,29% masih ditopang oleh proyek pemerintah seperti percepatan penyelesaian PSN, sedangkan sektor real estate hanya mampu tumbuh sebesar 2,16% year-on-year.

“Hal ini seiring dengan kredit macet KPR yang mulai meningkat sejak awal tahun,” tambah Bhima.

Oleh karena itu, lanjut Bhima, penurunan belanja pemerintah pasca pemilu dari 19,9% y-o-y pada Q1 2024 menjadi 1,42% y-o-y pada Q2 menunjukkan bahwa bantuan sosial pasca pemilu juga berkontribusi terhadap melemahnya belanja pemerintah.

“Meski ekspor tumbuh positif, namun kontribusi ekspor terhadap PDB dibandingkan Q1 2023 menurun dari 22,9 persen menjadi 21,4 persen pada Q2 2024,” tutup Bhima.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D