Mekah – Hajar Aswad adalah batu hitam yang terletak di sudut timur Ka’bah di Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi.
Dalam hadits Nabi SAW diriwayatkan dari Tirmidzi bahwa Hajar Aswad merupakan salah satu batu surga. Malaikat Jibril (a) dengan sengaja membawa batu ini dari surga dan memberikannya kepada Nabi Ibrahim as, yang membangun Ka’bah atas perintah Allah.
Menurut tradisi Islam, Hajar Aswad awalnya adalah batu berwarna putih yang mengeluarkan cahaya terang. Namun karena dosa manusia, batu tersebut mulai memudar dan menjadi gelap.
Ketika Hazrat Ibrahim dan putranya Ismail, saw, sedang membangun Ka’bah atas perintah Tuhan, malaikat Jibril (a) memberi mereka Hajar Aswad sebagai panduan untuk menunjukkan tempat pertama dalam pembangunan Ka’bah.
Selama berabad-abad, Hajar Aswad menjadi salah satu simbol persatuan umat Islam selama menunaikan ibadah haji. Setiap tahun jutaan jamaah haji dari seluruh dunia mencoba menyentuh atau mencium batu tersebut saat Tawaf, yakni tujuh kali mengelilingi Ka’bah.
Namun banyak yang belum tahu kalau Hajar Aswad pernah diculik sekali, hilang selama 22 tahun lho!
Pencurian Hajar Aswad juga terjadi dengan darah.
Pada tahun 930 M, Hajar Aswad dicuri oleh seorang pemimpin Qarmatian bernama Abu Tahir Qarmat. Pencurian ini mengejutkan umat Islam dan mengkhawatirkan seluruh dunia Islam.
Bukan hanya hilangnya Hajar Aswad saja, tapi juga terjadi pembantaian massal terhadap jamaah haji dan masyarakat Mekkah secara umum. Peristiwa biadab ini dilakukan oleh sekelompok warga Armenia.
Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam “Al-Bidaya wa Nihaya”. Begini ceritanya:
Pada musim haji tahun 317/886 H, sekelompok perampok datang ke Makkah untuk membuat kekacauan.
Mereka adalah kelompok Qarmati (termasuk Syiah Ismaili) di bawah pimpinan Abu Tahir Sulaiman bin Abu Said al-Husain al-Janabi.
Kehadiran mereka sangat menakutkan.
Mendengar namanya saja, masyarakat Makkah langsung saling mendukung. Kebetulan jamaah haji asal Irak pimpinan Manshur al-Dailami yang berangkat ke Mekkah tahun ini menjadi sasarannya.
Pada hari Tarwiya (8 Zilhijjah), kaum Qarmati merampas seluruh harta benda jamaah haji bahkan tidak segan-segan membunuh jamaah mana pun yang ditemuinya.
Banyak peziarah yang terbunuh. Kemudian mereka membuang jenazahnya ke dalam sumur Zamzam dan menguburkan sebagiannya tanpa dimandikan, dengan kain kafan dan shalat di tanah haram dan di tempat masjid haram. Ibnu Katsir menulis dalam kitab “Al-Bidaya wa Nihaya”: “Tidak diyakini bahwa pada bulan Zilhijjah yang diberkahi (termasuk Ashhurul Hurum), di tanah suci Makkah, bahkan di dekat Ka’bah, Garmatian melakukan semua hal tersebut sebagai dia berpikir. Dia tidak bersalah.”
Kemudian mereka kehilangan Hajar Aswad dan mengurungnya di tempat yang tidak diketahui selama 22 tahun.
Pada tahun 952 M, setelah perundingan diplomatik antara Qarmatians dan penguasa Abbasiyah, Hajar Aswad akhirnya dikembalikan ke Mekah.
Umat Islam di seluruh dunia menyambut hal ini dengan penuh kegembiraan. Kemudian Hajar Aswad ditempatkan kembali di sudut timur Ka’bah dan menjadi pusat ibadah umat Islam yang menunaikan ibadah haji.
Hajar Aswad memiliki makna spiritual dan sejarah yang besar bagi umat Islam. Bagi umat Islam, batu ini bukan sekedar batu, melainkan simbol persatuan umat Islam, sejarah agama dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Setiap tahun, jutaan umat Islam datang ke Mekah untuk merasakan momen spiritual yang tak terlupakan dengan menyentuh atau mencium Hajar Aswad sebagai bagian dari ibadah haji. Banjir dan Longsor di Soppeng Sulsel, Satu Orang Hilang Hujan Lebat Sebabkan Banjir dan Longsor di Sejumlah Tempat di Soppeng Sulsel dianrakyat.co.id.co.id 21 Desember 2024