0 0
Read Time:1 Minute, 56 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional 2024, Health Cooperation Center (HCC) merilis hasil survei terbarunya mengenai perilaku makan masyarakat Indonesia.

Dalam survei yang disebut Mindful Eating Study ini, ditanyakan kepada 1.158 responden dari 20 provinsi di tanah air dan ditemukan bahwa 47 persen orang Indonesia, atau lima dari sepuluh, adalah emosional eater, yang berarti mereka tidak mampu mengendalikan emosi dan menggunakan makanan untuk tujuan lain. kontrol. , bukan untuk kebutuhan nutrisi.

Dr Ray Waghiu Basrovi MKK FRSPH, pendiri dan ketua tim peneliti HCC, mengatakan data menunjukkan banyak responden yang memiliki perilaku makan emosional sehingga dapat meningkatkan risiko stres dan mengganggu pola makan seimbang. Ketidakseimbangan dan masalah kesehatan mental.

Meski jumlah orang yang berperilaku makan sehat (mindful feeding) sebanding, namun hasil survei menunjukkan bahwa mereka yang memiliki perilaku makan emosional 2,5 kali lebih besar kemungkinannya mengalami stres sedang hingga berat.

Ray menunjukkan bahwa perilaku makan emosional dapat berdampak negatif, termasuk kemungkinan gangguan mental, kekurangan nutrisi, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.

Dalam diskusi baru-baru ini, Dr. Ray Vaggio Buseravi mengatakan: “Dalam kasus yang lebih parah atau mereka yang makan lebih emosional, disarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog dan ahli gizi untuk memperbaiki perilaku dan kebiasaan makan mereka.”

Ray yang juga merupakan Guru Besar Kedokteran Okupasi dan Komunitas FKUI ini kemudian menambahkan lebih banyak fakta dari survei yang menunjukkan bahwa 49 persen penderita emosional atau gangguan makan berusia di bawah 40 tahun, terutama perempuan. Dua kali sebagai pemakan sensitif.

 

 

Selain itu, sekitar 60 persen orang dengan perilaku makan emosional mengikuti pola makan tertentu, seperti diet keto, puasa intermiten, dan diet golongan darah.

Sekretaris Jenderal Ikatan Gastronomi Indonesia (IGC) menekankan perlunya analisis lebih lanjut dan pendidikan komprehensif mengenai makanan dan kebiasaan makan yang sehat.

Menurut Ray, tingginya tingkat emosional feeding di Indonesia disebabkan oleh perubahan kebiasaan dan perilaku makan yang disebabkan oleh gaya hidup, tekanan sosial, dan informasi tidak ilmiah yang tersebar melalui media sosial.

Oleh karena itu, HCC merekomendasikan pentingnya pendidikan, konseling dan promosi kesehatan yang komprehensif terkait gizi dan perilaku sehat. Promosi kesehatan hendaknya tidak hanya terfokus pada kandungan dan jenis pangan serta gizi saja, namun juga pada perilaku makan.

“Tujuan utamanya adalah agar masyarakat menerapkan perilaku makan yang mindful dan tidak menimbulkan stres atau emosional agar dampak kesehatan dari makanan yang dikonsumsi menjadi optimal dan pada akhirnya berdampak positif pada kesehatan mental,” ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D