dianrakyat.co.id, Batavia – PT Sumber Global Abadi Tbk akan segera mencatatkan saham mineralnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO). Dalam promosi ini, perseroan menawarkan 1,75 miliar saham dengan nilai nominal Rp20 per saham.
Penawaran akhir Rp 105 per saham diumumkan perseroan pada Rabu (24/1/2024). Dengan demikian, perusahaan Rp akan mendapat dana baru sebesar Rp 183,75 miliar dari hasil IPO. Sebelumnya, harga Sumber Global Abadi Minerals dipatok pada kisaran Rp 100 – Rp 105 per saham.
Rencananya seluruh dana IPO akan digunakan untuk modal kerja. Termasuk di dalamnya pengadaan nikel dan batu bara berdasarkan kegiatan usaha yang dikeluarkan perseroan sebagai imbalan atas pembelian nikel dan batu bara dari pemasok perseroan untuk memenuhi kontrak dengan pelanggan.
Perusahaan yang merupakan bagian dari PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) merupakan grup perdagangan yang merupakan perusahaan perdagangan batubara di pasar ekspor dan domestik dengan sistem penyediaan batubara terpadu satu atap mulai dari kegiatan perdagangan, pengangkutan hingga pengiriman.
Perusahaan mempunyai tiga IUP-OPK atas nama perusahaan untuk pengangkutan dan perdagangan barang dari mineral logam, barang dari batubara, dan barang dari mineral bukan logam. Saat ini, perseroan berencana menerbitkan 7 miliar saham dan modal disetor penuh.
Mayoritas saham perseroan dimiliki oleh PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) dengan kepemilikan 90 persen atau 6,3 miliar lembar saham. Dari jumlah tersebut, 500 juta saham atau setara 10 persen saham perseroan dimiliki Vivi Ramalyati Hutam. Pasca IPO, jumlah saham perseroan akan bertambah menjadi total 8,75 miliar lembar saham.
Dengan demikian, kepemilikan PT Sumber Global Energy Tbk sebesar 72 persen dan Vivi Ramalyati Hutama sebesar 8 persen. Sisanya sebesar 20 persen kepemilikan publik ditawarkan melalui IPO.
Sebelumnya diberitakan, PT Sumber Global Abadi Tbk berencana mencatatkan saham mineralnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO). Dalam promosi ini, perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 1,75 miliar saham dengan nilai nominal Rp20 per saham.
Jumlah saham yang ditawarkan setara dengan 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Dalam prospektus perseroan yang dipublikasikan di situs e-ipo, Senin (8/1/2024), harga strike ditetapkan pada kisaran Rp 100 hingga Rp 105 per saham. Dengan demikian, perseroan mendapat dana maksimal Rp 183,75 miliar dari IPO.
Rencananya, seluruh dana IPO akan digunakan untuk modal kerja. Termasuk di dalamnya pengadaan nikel dan batu bara berdasarkan kegiatan usaha yang dikeluarkan perseroan sebagai imbalan atas pembelian nikel dan batu bara dari pemasok perseroan untuk memenuhi kontrak dengan pelanggan.
Pasca IPO, perseroan berencana membagikan dividen sebanyak-banyaknya 30 persen dari laba bersih perseroan mulai tahun usaha 2024. Perlu diketahui, dividen akan dibagikan setelah laba bersih perseroan dibagikan sesuai ketentuan yang berlaku.
Perseroan saat ini memiliki 7 miliar saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Mayoritas saham perseroan dimiliki oleh PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) dengan kepemilikan 90 persen atau 6,3 miliar lembar saham.
Dari jumlah tersebut, 500 juta saham atau setara 10 persen saham perseroan dimiliki Vivi Ramalyati Hutam. Pasca IPO, jumlah saham perseroan akan bertambah menjadi total 8,75 miliar lembar saham. Dengan demikian, kepemilikan PT Sumber Global Energy Tbk sebesar 72 persen dan Vivi Ramalyati Hutama sebesar 8 persen. Sisanya sebesar 20 persen kepemilikan publik ditawarkan melalui IPO. Jadwal IPO: Masa Penawaran Perdana: 8-11 Januari 2024 Perkiraan Tanggal Efektif: 19 Januari 2024 Perkiraan Masa Penawaran Umum: 22-25 Januari 2024 Perkiraan Tanggal Pendistribusian: 25 Januari 2024 Perkiraan tanggal pembagian saham: 26 Januari 2024 Perkiraan tanggal pencatatan di BEI: 29 Januari 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru melalui penawaran umum perdana (IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan capaian IPO 2023 yang mencapai 79 isu.
“Kalau bicara IPO saham tahun depan, 61 atau 62,” kata Direktur BEI Iman Rachman yang meninggal dunia, Senin (1/1/2024).
Setelah akhir tahun 2023, BEI setidaknya sudah mengirimkan rencana IPO dengan target menengah, tepatnya 30 perusahaan. Merujuk POJK No 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan total aset lebih dari Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset menengah antara Rp50 hingga Rp250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset kecil di bawah Rp50 miliar. Sedangkan rincian sektornya adalah sebagai berikut;
• 3 perusahaan dari sektor bahan baku
• 6 perusahaan dari sektor siklus konsumen
• 4 perusahaan dari sektor konsumen non-siklus
• 2 perusahaan dari sektor industri
• 0 perusahaan dari sektor keuangan
• 0 dari sektor kesehatan
• 5 perusahaan dari sektor industri
• 3 perusahaan dari sektor infrastruktur
• 1 perusahaan dari sektor real estate dan real estate
• 5 perusahaan teknologi
• 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Secara keseluruhan, upaya yang dilakukan adalah dengan mencatatkan gadai baru yang terdiri dari saham, surat utang dan Sukuk (EBUS), serta 230 right issue yang dicatatkan pada tahun 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 kartu, namun jauh lebih rendah dibandingkan capaian akhir tahun lalu yang mencapai 385 kartu pada 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI merencanakan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar 12,25 triliun dan tambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan wahana investasi individual stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
Diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan transaksi besar di tahun 2023. Salah satunya, Commerce, mencatatkan 6 perusahaan IPO terbesar di dunia dengan 79 isu baru.
“Dari jumlah IPO di Indonesia tahun 2023, terdapat 79 emiten atau 6 persen dari total IPO global yang menduduki peringkat ke-6 dunia,” kata Direktur BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Batavia, ditulis, Sabtu. (30.12.2023).
Secara global sebanyak 1.298 IPO pada tahun 2023. Posisi Indonesia di Bursa Efek Tokyo hanya dengan 86 IPO atau setara 7 persen IPO global.
Di peringkat pertama ada bursa India dengan 220 IPO atau 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen dengan 129 IPO atau 10 persen dari total IPO, dan di peringkat ketiga ada bursa Amerika dengan 105 IPO atau 8 persen dari total IPO. total IPO global, dan Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari seluruh IPO global.
Sedangkan dari sisi pendanaan penawaran umum perdana (IPO), Indonesia menempati peringkat ke-9 dengan perolehan $3,6 miliar. Fakta tersebut setara dengan 3 persen dari total dana IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Pada tahun 2023, efek baru yang dicatatkan di BEI akan mencakup 79 saham, 120 penerbitan obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 Structured Bears dengan total aset Rp 54,14 triliun dan obligasi Rp 126,97 triliun.
“Tambahan daftar 79 partai baru tahun 2023”. “Ini merupakan pencapaian terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia,” tambah Iman.
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI mencapai 903 perusahaan yang ada hingga saat ini. Jumlah ini meningkat 9,3 persen sejak awal tahun. Perusahaan ini memegang posisi terbesar kedua di wilayah Asena setelah pasar saham Malaysia dengan 990 saham atau kenaikan 2,1 persen year-to-date.