0 0
Read Time:2 Minute, 19 Second

JAKARTA – Wacana pemerintah mendatangkan dokter asing ke Indonesia mendapat respons negatif dari kalangan profesional. Bahkan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Budi Santoso, menolak keras wacana tersebut. Bukan tanpa alasan Budi menilai kompetensi dokter di Indonesia tidak kalah dengan dokter luar negeri.

Terkait pembahasan mendatangkan dokter asing ke Indonesia, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Dr. Adib Khumaidi, Sp.OT mengatakan. Menurut saya, penting untuk selektif dalam migrasi dokter asing ke dalam negeri. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

Upaya selektif harus dilakukan karena ketika dokter berada di suatu daerah, maka pasien adalah orang yang ada di daerah itu. Sebagaimana IDI, organisasi profesi yang mendukung keselamatan pasien, Kualifikasi Medis harus diseleksi,” kata Adib, Rabu 3 Juli 2024 saat diterima awak media di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Kualifikasi dokter asing berkaitan dengan masalah pengetahuan, etika dan hukum. Oleh karena itu, setiap negara yang hendak merekrut dokter asing harus memperoleh formulir persetujuan dari negara asal dokter tersebut. 

“Oh, Dr. Adib mau praktek di Malaysia. Oh, ada surat persetujuan dari negaranya, oh tidak ada masalah di negaranya. Dia sebenarnya dokter ortopedi, jadi yang datang (dokter asing) pasti itu. Jangan meminta maaf nanti. “Dia pernah ke Indonesia, tapi ternyata dokter asing itu hanya menjadikan orang Indonesia sebagai pasar pasiennya,” kata Adib.

Oleh karena itu, kata Adib, seleksi ketat harus dilakukan saat mengirim dokter asing ke Indonesia. Merujuk penuturan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tujuan pelibatan dokter asing adalah untuk menyelamatkan ribuan bayi penderita kelainan jantung bawaan. 

Budi mengatakan, setidaknya ada 12.000 bayi di Indonesia yang mengalami kelainan jantung bawaan. Namun, hanya sekitar 6.000 dokter di Indonesia yang mampu merawat atau mengoperasi pasien bayi. Dengan melibatkan dokter dari luar negeri, diharapkan dapat membantu 6.000 lebih pasien bayi.

Adib punya pendapat tersendiri mengenai hal ini. Ia mengatakan, dukungan infrastruktur dan mendukung pemerataan sumber daya manusia di Indonesia menjadi kunci penyelesaian masalah tersebut. 

“Keterampilan dokter di Indonesia ada, tapi dukungan infrastruktur belum ada. Hal yang juga harus diperhatikan dalam menangani kelainan jantung bawaan adalah masih sedikitnya pusat pengobatan yang mampu menangani kelainan jantung bawaan. Itu yang harus dipromosikan dulu,” kata Adib.

Lebih lanjut Adib menjelaskan, pihaknya sebagai lembaga profesi tidak memandang perlunya dokter asing untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Apalagi bagaimana pemerintah bisa mempromosikan pusat pengobatan penyakit jantung, tidak hanya fokus pada RS Jantung Harapan Kita di Jakarta.

“Jadi kita tidak melihat konteks kebutuhan dokter asing, tapi pusat-pusat ini dipromosikan, didukung infrastrukturnya, SDM di Indonesia merata, lalu kita gunakan pola rujukan agar dilakukan deteksi dini. .” Ada satu bidang yang ingin kami bantu: “Kami mempunyai keterampilan dokter, kami hanya perlu mendistribusikan peralatan. Puskesmas ada di Sumbar, Sumsel, dan Kalimantan yang terbagi menjadi dua wilayah sehingga pengobatan tidak terkonsentrasi.  Menkes Budi kaget, Komite Solidaritas Profesi Dokter melaporkan Bareskrim: Aneh Menkes Budi tidak kesulitan lapor ke polisi. dianrakyat.co.id.co.id 14 September 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D