0 0
Read Time:2 Minute, 57 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Pemeriksaan kesehatan jiwa bagi mahasiswa Program Studi Kedokteran Khusus (PPDS) juga diikuti oleh Dokter Gigi Khusus (PPDGS) di rumah sakit studi vertikal (RS) di Indonesia.

Presiden Fakultas Kedokteran Mulut Indonesia (KIPMI), Prof. Irna Sufiawati, mengatakan PPDS dan PPDGS merupakan program lanjutan dari Program Spesialis Kedokteran dan Kedokteran Gigi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Program ini menempatkan mahasiswa pada rumah sakit pendidikan vertikal dan rumah sakit jaringan selain rumah sakit pendidikan institusinya sebagai wahana pendidikan selama masa studinya.

Dilaporkan bahwa 2.716 dari 12.121 (22,4 persen) orang yang memenuhi syarat secara medis atau dikenal menderita depresi. Faktanya, ratusan dari mereka (3,3 persen) melaporkan memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup.

Tekanan akademis yang tinggi dan pelayanan yang berlebihan, serta fenomena kekerasan yang dilakukan lansia terhadap anak dianggap sebagai penyebab utama.

“Meskipun sumber Kementerian Kesehatan telah mengidentifikasi perlunya penelitian dan evaluasi lebih lanjut, namun hasil penelitian awal dan publikasi ini telah menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan, khususnya pelaksanaan PPDS dan PPDGS di berbagai lembaga pendidikan di Indonesia.” kata Irna dalam keterangan tertulis yang diperoleh Health dianrakyat.co.id, ditulis Jumat (26/4/2024). 

Dari keseluruhan hasil pemeriksaan kesehatan jiwa yang dilakukan Kementerian Kesehatan, Irna menyoroti 5 prodi Sp1 dengan persentase depresi tertinggi.

Pada kategori ini, hasil seleksi menempatkan PPDGS penyakit gigi dan mulut pada peringkat pertama diantara lima prodi Sp1. Persentase depresi mencapai 53,1%. Hal ini mengungguli program pendidikan lain baik di Fakultas Kedokteran maupun Fakultas Kedokteran Gigi.

Hal ini menimbulkan kebingungan dan menimbulkan beberapa pertanyaan, selain menimbulkan reaksi dari akademisi dan praktisi kedokteran mulut.

 

Terkait hal tersebut, KIPMI berkoordinasi dengan penyelenggara PPDGS semua penyakit mulut di empat lembaga pendidikan di Indonesia hasil penelitian tersebut.

Banyak pertanyaan yang muncul, antara lain: validitas sampel survei yang representatif, proses persetujuan etik sebelum dipublikasikan ke masyarakat luas, penyebab kurangnya koordinasi antara tim survei dan program studi terkait sebelum hasil survei dipublikasikan secara langsung. penyelidikan melalui media.

“Selanjutnya, menyikapi hasil survei tersebut, terlihat jelas bahwa seluruh penyelenggara PPDGS IPM juga melakukan evaluasi terhadap guru, dokter penanggung jawab klinik, dan seluruh siswa,” jelas Irna.

Irna menambahkan, pada bulan Ramadhan, 21-22 Maret 2024, pihaknya menindaklanjuti surat undangan Direktur Pendidikan dan Penelitian SDM RS Vertikal.

Undangan tersebut ditujukan kepada penanggung jawab mata kuliah PPDS dan PPDGS. Sesuai instruksi, masyarakat mengikuti survei kesehatan mental Kementerian Kesehatan.

KIPMI mencatat, sebanyak 27 orang penderita PPDGS yang sedang menjalani rotasi klinis di dua rumah sakit vertikal mengikuti survei dengan mengisi Kuesioner Kesehatan Pasien-9 (PHQ-9).

Jumlah penduduk ini mewakili sebagian (42,85 persen) dari total dua puluh 63 orang yang menempuh pendidikan di empat PPDGS penyakit mulut di Indonesia.

Mengenai penggunaan Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) merupakan salah satu alat psikologis yang sering digunakan untuk deteksi dini depresi.

Kuesioner PHQ-9 terdiri dari sembilan pertanyaan pendek. Artinya, dalam dua minggu terakhir, seberapa sering Anda merasa terganggu dengan permasalahan berikut: Kurangnya minat atau semangat dalam melakukan sesuatu. Merasa sedih, sedih atau putus asa. Sulit tidur atau mudah terbangun, atau terlalu banyak tidur.  Merasa lelah atau kurang energi.  Kurang nafsu makan atau makan berlebihan. Kurang percaya diri – atau merasa gagal atau kecewa pada diri sendiri atau keluarga. Kesulitan berkonsentrasi pada sesuatu, misalnya membaca koran atau menonton televisi.  Bergerak atau berbicara perlahan sampai orang lain menyadarinya. atau sebaliknya; Merasa gelisah atau gelisah sehingga lebih sering bergerak dari biasanya. Merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri.

“Meski sudah banyak penelitian yang menunjukkan efektivitas dan keunggulannya, namun penerapan klinisnya masih menjadi perdebatan di kalangan para ahli”, ujar Dr. Hasan Sadikin, Dr. Hasan Sadikin, Shelly Iskandar, PhD.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D