0 0
Read Time:2 Minute, 32 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) masih melakukan kajian mengenai perbedaan gejala demam berdarah dengue (DBD) pada pasien yang terinfeksi COVID-19. Termasuk tidak adanya gejala klasik demam berdarah, seperti bintik merah.

Mengenai perbedaan gejala (DBD) pasca COVID-19, penelitian masih terus dilakukan. Ada anggapan yang mengatakan saat ini tidak ada gejala klinis seperti bintik merah pada penderita demam berdarah, kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat ditemui di Jakarta, Senin (6 ) memiliki. /5/2024).

Nadia juga mengatakan, bintik merah bisa muncul di tempat tersembunyi yang tidak terlihat mata. 

“Jadi orang bisa demam selama tiga hari lalu tiba-tiba syok tanpa ada gejala pendarahan. Tapi agak susah karena bintik merahnya tersembunyi, mungkin di punggung tangan, di badan belakang, jadi kurang jelas, lanjut Nadia.

Nadia juga melihat kasus DBD masih mengalami tren peningkatan dibandingkan minggu ke-17 tahun 2024.

Artinya, melihat cuaca saat ini, kami masih bersiap untuk berupaya menurunkan angka demam berdarah pada pertengahan Mei. “Dan kita tahu bahwa jika kita memberi waktu sampai pertengahan Mei, kita akan memberi waktu seminggu sebelum kasus demam berdarah kembali turun.”

Sebelumnya disebutkan, ada sejumlah perubahan pada tubuh seseorang yang terinfeksi COVID-19 pada gejala demam berdarah.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh reaksi imunologi, seperti ditegaskan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi.

“Memang ada beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala demam berdarah pasca pandemi COVID-19. Hal ini terkait dengan perubahan reaksi imunologi yang terjadi pada tubuh seseorang yang terinfeksi COVID-19,” kata Imran di Jakarta, Jumat, seperti dilansir ANTARA.

Imran mengatakan Kementerian Kesehatan telah menerima beberapa laporan yang menunjukkan adanya perubahan gejala pada pasien DBD sejak pandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung, Jawa Barat.

Dinas Kesehatan Bandung menemukan tanda-tanda penyakit demam berdarah yang biasanya tidak disadari pada penderitanya, seperti tidak adanya gejala bintik merah yang sudah lama menjadi tanda serius pada penderita demam berdarah.

Menurut Nadia, masih ada mimisan. Berbeda dengan Imran yang mengatakan mimisan jarang terjadi saat ini.

Bintik merah dan mimisan setelah digigit nyamuk Aedes aegypti, kata Imran, merupakan gejala klasik yang tidak selalu muncul pada penderita DBD di era pandemi saat ini.

Pada kasus demam berdarah, bintik merah biasanya muncul pada hari ketiga dan berlangsung selama dua minggu hingga tiga hari berikutnya. Flek tersebut berkurang pada hari keempat dan kelima, kemudian hilang pada hari keenam.

Gejala bintik merah pada kulit dan mimisan merupakan gejala klasik yang terjadi ketika trombosit berada di bawah 100.000 per mikroliter, ujarnya.

Gejala terkini lainnya yang juga menandakan demam berdarah, kata Imran, adalah demam yang tidak kunjung mereda sekitar empat hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk.

Imran mengatakan, alat diagnostik demam berdarah di Indonesia saat ini relatif lebih maju untuk mendeteksi demam berdarah secara akurat. Salah satunya dengan menggunakan rapid antigen (NSI). Oleh karena itu, diagnosis tidak lagi menunggu munculnya gejala klasik.

“Sehingga kita tidak menunggu sampai muncul gejala klasik yang terkadang berujung pada keterlambatan pengobatan. Jika terjadi demam tinggi disertai nyeri badan, segera ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa dengan NS1,” kata Imran. diajukan. .

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D