0 0
Read Time:3 Minute, 14 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan bea cukai dan bea dalam negeri pada Juli 2024 mencapai Rp 154,4 triliun atau meningkat 3,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menteri Keuangan (Menkeu) Shri Mulyani Indrawati menjelaskan pendapatan tersebut mencapai 48,1 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Rinciannya, penerimaan bea masuk tercatat sebesar Rp 29 triliun, meningkat 2,1% (y/y) dan 50,6% dari target APBN. Kemudian, pendapatan bea keluar mencapai Rp9,3 triliun atau meningkat 58,1% (y/y) dan 52,9% dari target APBN. Kemudian, penerimaan cukai mencapai Rp116,1 triliun atau meningkat 0,5% year-on-year dan 47,2% dari target APBN. “Ada perkembangan menarik dalam bea keluar. Kalau bea cukai relatif masih tumbuh berarti sudah positif, namun pertumbuhannya ringan yaitu sebesar 2,1%. kami menetapkan beberapa tarif protektif, namun “Tarif rata-rata kami turun dari 1,45% pada tahun 2023 menjadi 1,34% (tahun 2024),” kata Shri dalam konferensi pers APBN kita di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, pada Maret lalu. 13/8/2024).

Hal ini disebabkan berkurangnya pendapatan barang-barang utama seperti bahan bakar, kendaraan, dan suku cadang kendaraan.

Selain itu, kenaikan bea masuk juga dipengaruhi oleh menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap rupee, dari Rp 15.077/USD pada tahun 2023 menjadi Rp 15.910/USD pada tahun 2024.

Sementara itu, kenaikan bea keluar juga dipengaruhi oleh bea keluar tembaga yang meningkat sebesar 92,8% (tahunan), dengan partisipasi total bea keluar mencapai 76,5%. Hal ini dipengaruhi oleh relaksasi ekspor barang tembaga.

Penerimaan bea keluar dari produk sawit juga terdampak dan turun sebesar 60% (y/y). Hal ini terjadi karena terjadi penurunan harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) pada tahun 2024 sebesar 5,91% (y/y), dari US$865/metrik ton menjadi US$814/metrik ton. Di sisi lain, volume ekspor produk sawit mengalami penurunan sebesar 15,48% (year), dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton. Pendapatan dari cukai

Penerimaan cukai dipengaruhi oleh penerimaan cukai hasil tembakau sebesar Rp 111,3 triliun dengan pertumbuhan tipis sebesar 0,1% (y/y). Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan produksi khususnya kelompok II dan kelompok III.

Selain itu, penerimaan cukai juga dipengaruhi oleh penerimaan cukai MMEA yang tercatat sebesar Rp4,6 triliun atau tumbuh sebesar 10,6%, didorong oleh kenaikan tarif dan produksi dalam negeri MMEA, serta dipengaruhi oleh penerimaan cukai EA sebesar Rp80,4 miliar atau tumbuh sebesar 21,8%. seiring dengan peningkatan produksi.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (GSP) mengalami defisit sebesar Rp 93,4 triliun pada Juli 2024. Defisit PDB tahun 2024 kurang dari 0,41% produk domestik bruto (PDB).

Menteri Keuangan (Menkeu) Shri Mulyani Indrawati mengatakan defisit tersebut masih kecil dibandingkan total defisit APBN tahun ini sebesar 2,2 persen.

“Dari total holding, Juli kita defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen PDB. Ini masih kecil dibandingkan target defisit keseluruhan tahun ini yang tercantum dalam APBN sebesar 2,2 persen,” kata Shri Mulyani dalam APBN Juli 2024, di Kementerian Keuangan, Selasa (13/08/2024).

Namun secara keseluruhan, kinerja APBN hingga bulan Juli masih menunjukkan perbaikan. Hal ini terlihat dari pendapatan pemerintah yang mencapai Rp 1.545,4 triliun pada Juli 2024.

Artinya, kita sudah mengumpulkan 55,1 persen dari target APBN tahun ini. Jika dilihat dari grossnya, 4,3 persen jauh lebih rendah dibandingkan negative gross bulan lalu yang berkisar 7 persen. Jadi ini mulai membaik, sekarang brutonya negatif. turun menjadi 4,3 persen,” ujarnya.

 

Kemudian, realisasi konsumsi negara pada akhir Juli 2024 mencapai Rp1.638,8 triliun. Artinya, Pemerintah telah menghabiskan 49,3 persen dari batas maksimal.

“Kalau kita lihat konsumsi bruto kita cukup tinggi dan konstan, meski dibandingkan bulan lalu yang berkisar 14 persen, pertumbuhannya sedikit lebih rendah, tapi ini pertumbuhan yang tinggi,” ujarnya.

Selanjutnya dari sisi basic balance, APBN sampai dengan Juli 2024 masih positif sebesar Rp 179,3 triliun.

“Jadi APBN kita tahan sampai akhir Juli,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D