dianrakyat.co.id, pengunduran diri Ketua Pelaksana IKN DKI Jakarta Bambang Susanto dan wakilnya Donny Rahajo dapat menimbulkan sejumlah tantangan besar, mulai dari hilangnya arahan kepemimpinan hingga ketidakpastian kebijakan dan koordinasi. Semua faktor tersebut berpotensi melumpuhkan perkembangan IKN dan menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
“Dugaan konflik kepentingan menjadi alasan signifikan pengunduran diri mereka (Kepala Tata Usaha IKN dan wakilnya). Konflik ini dinilai melemahkan nilai profesionalisme dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek sehingga menimbulkan ketidakpercayaan antar pemangku kepentingan,” ekonom dan kata pakar kebijakan publik Ahmad Noor Hidayat, Senin (3/6/2024).
Pengunduran diri pimpinan tertinggi otoritas IKN telah mengecewakan seluruh pegawai dan pemangku kepentingan IKN lainnya. Jatuhnya dua pemimpin mempunyai lima dampak langsung, antara lain: Pertama, hilangnya kepemimpinan dan visi
Dengan mundurnya kedua pemimpin penting ini, perkembangan IKN mungkin akan menghadapi beberapa tantangan krusial. Hilangnya kepemimpinan visioner dan berpengalaman akan melemahkan keberlanjutan visi jangka panjang proyek. Kepala Tata Usaha dan Wakilnya mempunyai peran sentral dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan strategi yang efektif. Ketidakhadiran mereka akan menciptakan kekosongan yang sulit diisi dalam waktu singkat. Kedua, kepemimpinan yang tidak mulus
Proses transisi kepemimpinan yang tidak mulus dapat menimbulkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Proses penyesuaian terhadap manajemen baru memerlukan waktu, dan keputusan strategis yang penting mungkin tertunda selama periode ini. Hal ini dapat mengganggu momentum pembangunan saat ini dan memperlambat kemajuan proyek.
Perubahan kepemimpinan dapat menyebabkan perubahan kebijakan dan prosedur proyek. Jika manajemen baru mempunyai visi atau strategi yang berbeda, hal ini mungkin memerlukan revisi terhadap rencana kerja, desain atau anggaran, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpastian di antara kontraktor dan pemangku kepentingan lainnya. Keempat, gangguan koordinasi dan komunikasi
Kegagalan dalam koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, investor dan masyarakat, akan memperlambat proses pembangunan. Kepala Tata Usaha dan Wakilnya mempunyai peran penting dalam menjaga komunikasi yang efektif dan memastikan semua pihak bekerja secara terkoordinasi. Kelima, dampak terhadap kepercayaan masyarakat dan investor
Pengunduran diri tersebut juga berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat dan investor terhadap proyek ICN. Persepsi terhadap volatilitas dan ketidakpastian dapat menyebabkan investor menjadi lebih berhati-hati atau bahkan menarik diri dari komitmen investasinya. Tanpa dukungan finansial yang kuat, perkembangan IKN bisa terhenti.
Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan penilaian komprehensif terhadap perkembangan ICN ke depan. Penting untuk memastikan bahwa proyek ini tidak menjadi proyek boros yang hanya menggunakan dana multi-tahun yang mencakup pajak masyarakat.
Seharusnya pemerintah memikirkan konsep IKN yang minimalis, bukan ide besar seperti saat itu, menjadikan IKN di Penajam Utara menjadi kompleks istana presiden mini seperti Istana Tampaksiring, Istana Bogor di Bali.
Jika konsep ICN tidak dikembangkan, maka ambisi para penguasa dapat mengorbankan dana pajak publik untuk pengembangan ICN, yang hanya akan menjadi impian belaka.