0 0
Read Time:3 Minute, 6 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Kasus seorang polisi wanita (polwan) berinisial Briptu FN yang menembak suaminya yang berprofesi sebagai polisi kini menjadi sorotan publik. Hal ini pun menjadi perhatian Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi.

Seorang polisi wanita di Mojokerto, Jawa Timur menembak suaminya karena judi online. Alhasil, Brigadir FN kehilangan akal dan mengakhiri peristiwa tragis tersebut. Suaminya meninggal setelah dirawat di rumah sakit.

Hal ini dilakukan kepada DPR untuk melaporkan kembali masalah perjudian online dan menghubungi Kementerian Informasi dan Komunikasi. Budi Arie Setiadi juga sempat diperiksa Komisi I DPR RI saat rapat kerja soal perjudian online karena banyak nyawa yang hilang.

Budi mengaku sedih dengan kejadian tersebut. Ia juga menyinggung seorang prajurit TNI yang tewas dalam pembantaian setelah berhutang ratusan juta. Namun, beberapa komentarnya lucu.

“Juga, ini juga sedang hangat-hangatnya tentang perjudian online, kita patut sedih karena ada seorang polisi ketika saya membaca berita mengatakan yang memecat, itu perempuan, perempuan lebih buruk. Ini bukan stereotip laki-laki, Anda akan melihat bahwa wanita yang membunuh suaminya,” kata Budi, dalam pertemuan di Senayan, Jakarta, Senin, 10 Juni 2024, dikutip dari Berita dianrakyat.co.id.

Padahal sekitar 3 minggu lalu Letkol TNI terbunuh karena utang judi online Rp 900 juta, lanjutnya.

Komentar Budi Arie rupanya membuat netizen terharu. Menteri Komunikasi dan Informatika menilai pria tersebut jika dibandingkan dengan masalah perjudian online menjadi alasan kasus wanita yang membakar suaminya, seorang polisi.

 

Hal itu diketahui lewat penyerangan akun X @ARSIPAJA. Banyak warganet yang mengkritik Budi Arie karena pernyataannya terkait isu gender sebelum adanya internet game, dinilai menimbulkan masalah bagi masyarakat, menurut Briptu FN.

“Sumber masalahnya: gara-gara suami berjudi, harta keluarga terancam. Yang bersalah: WANITA. Tipe Menteri yang disebut apa? Bersihkan dulu otakmu!”

“Tugasmu menghancurkan situs perjudian online, jadi angkat bicara,” tulis salah satu warganet.

“Jujur, kalau memilih bukan karena kompetensi, ilmunya tidak perlu dipertanyakan lagi,” sahut yang lain.

“Bro duduk jadi menteri tapi tidak melihat masalahnya,” kata salah satu warganet.

Brigadir FN, polisi wanita (Polwan) yang dituduh menembak suaminya Brigadir Rian Dwi Wicaksono (RDW) dikabarkan mengalami trauma mendalam akibat kejadian tersebut. Dikatakan juga bahwa dia memaafkan suaminya semasa hidupnya.

Kepedihan yang dialami Brigadir FN ditanggapi Kepala Masyarakat Kompol Pol Dirmanto. Ia mengatakan, kini Brigadir FN yang disebut sebagai pelapor mengalami luka berat.

“Yang terlibat sekarang, Brigadir FN yang kini diangkat menjadi jaksa, sangat menderita atas kejadian tersebut,” ujarnya, Minggu, 9 Juni 2024.

Ia menambahkan, saat kejadian, tersangkalah yang menolong korban dan membawanya ke rumah sakit dengan bantuan tetangganya. Setibanya di rumah sakit, tersangka meminta maaf kepada suaminya atas perbuatannya.

Oleh karena itu FN mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membantu yang bersangkutan untuk membawanya ke rumah sakit dengan bantuan beberapa tetangga. Sesampainya di rumah sakit, FN juga meminta maaf kepada suaminya atas hal tersebut, kata Dirmanto.

Meski mencurigakan, Brigadir FN mendapat perawatan trauma dari Polda Jatim akibat trauma yang dialaminya. Kejadian ini membuat Polri melakukan penilaian terhadap kesehatan mental para anggotanya.

Hal itu diungkapkan anggota kepolisian Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto yang meminta Polri mendengarkan psikologi masing-masing anggotanya, tidak hanya di awal proses saja.

Banyak hal yang perlu dievaluasi di kepolisian, tidak hanya perekrutannya. Tapi pembinaan pemikiran anggota, serta pengelolaan dan pengawasan yang baik, kata Bambang, Senin, 10 Juni 2024. Sebab Bambang menunjukkan keperkasaan yang besar. dapat digunakan oleh setiap anggota Polri untuk mempertajam pikiran dan pemikiran para anggotanya.

Hal ini mengarah pada arogansi dan penyalahgunaan kekuasaan. “Bagian kekuasaan yang diberikan negara terlalu besar, tanpanya akan terjadi kebingungan budaya yang berujung pada arogansi dan penyalahgunaan kekuasaan,” ujarnya.

“Polisi sombong, polisi (korban) tidak menggunakan kekuasaannya sebagai penegak hukum, tapi menjadi pelanggar hukum yaitu judol (judi online),” ujarnya.

Dari kasus tersebut, Bambang menegaskan agar setiap anggota Polri selalu melatih mindfulness. Hal ini sebagai upaya menjaga kesehatan mental dan emosional setiap anggotanya.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D