0 0
Read Time:2 Minute, 13 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Dokter Spesialis Kulit pada Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Endi Novianto, SpKK(K), FINSDV, FAADV mengingatkan pentingnya penggunaan tabir surya meski di musim hujan.

“Sekarang mataharinya nggak ada, tapi UV-nya masuk. Jadi yang nggak tahu kalau kita nggak kepanasan, nggak ada sinar matahari, UV-nya nggak bisa keluar. Jadi tetap harus pakai (sunscreen) , “katanya. Katanya dalam acara kesehatan di Jakarta, Selasa.

Saat musim hujan, Andy menyarankan untuk menggunakan tabir surya yang kedap air agar tidak mudah luntur atau luntur karena air, termasuk keringat. Disarankan untuk mengoleskan kembali tabir surya ke wajah Anda setiap dua hingga empat jam.

“Jadi tidak ada bedanya (cara pakai tabir surya) kalau hujan atau panas. Kalau hujan bisa pilih tabir surya yang tahan air. Kalau SPF 30, aplikasikan kembali setiap dua hingga empat jam. tidak terulang, kemampuan perlindungannya sepertinya habis,” ujarnya. Ditransmisikan oleh Antara.

Sedangkan untuk perlindungan UV level A (PA), Andy mengatakan bisa menggunakan produk dengan PA plus 2 (PA++).

Ia tidak menyarankan penggunaan tabir surya dengan PA dan SPF (Sun Protection Factor) yang tinggi (di atas 30) karena daya perlindungannya yang tinggi. Namun produk ini umumnya lebih pekat.

Di sisi lain, penggunaan tabir surya konsentrat dipercaya dapat menyebabkan timbulnya jerawat pada sebagian orang. Menurut Andy, hal tersebut sebenarnya bisa dicegah dengan mengurangi pemicunya, misalnya makanan berlemak.

“Kulit jangan terlalu berminyak. Kalau terlalu berminyak, SPF tinggi, PA tinggi, berasa di-cover kaya foundation tebal. Kurangi jumlah minyaknya. Makanan jangan berminyak. Jangan manis-manis. . Membantu mengurangi produksi minyak wajah.” Matikan

Pada kesempatan lain, Dr. Spesialis Dermatologi dan Ginekologi. Arini Ashtasari Widoda SPKK juga mengatakan, meski cuaca berubah, kulit tetap perlu dilindungi dengan tabir surya.

“Banyak orang yang beranggapan jika kulitnya tidak terkena sinar matahari maka tidak perlu menggunakan tabir surya. (Padahal) paparan sinar UV bisa berasal dari sinar matahari langsung dan sinar matahari tidak langsung yang bisa terpantul dari benda, pasir, salju dan lain-lain. kata Orini Antara

Hingga 90 persen sinar UV dapat menembus awan, dan sinar UV dapat menembus kaca jendela. Orini mengatakan sinar UV dapat menyebabkan penuaan, kulit terbakar, masalah pigmentasi kulit, dan banyak kondisi kulit sensitif terhadap sinar UV. Hal ini juga dapat menyebabkan tumor jinak dan ganas di kulit.

Dampak negatif sinar UV lainnya antara lain munculnya kerutan, hilangnya elastisitas kulit, penebalan tekstur kulit, dan pelebaran pembuluh darah (telangiectasia).

 

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian penuaan kulit akibat paparan sinar UVA telah meningkat selama beberapa dekade terakhir. Untuk itu, Arini menekankan pentingnya penggunaan tabir surya berspektrum luas.

Selain UVA, sinar ultraviolet B (UVB) matahari juga dapat memberikan efek negatif pada kulit jika terpapar terlalu lama. Berbeda dengan UVA, UVB yang mencapai bumi hanya lima persen, namun paparannya sangat berbahaya hingga dapat membakar kulit.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D