0 0
Read Time:1 Minute, 19 Second

Moskow – Rudal balistik Scud dikembangkan sebagai aset nuklir untuk Uni Soviet selama Perang Dingin. Meski sudah sangat tua, DNA rudal ini tersebar ke seluruh dunia.

Saat ini, rudal Scud tidak diproduksi oleh militer Rusia. Namun penggunaannya masih ditemukan di antara angkatan bersenjata lain di dunia.

Berbeda dengan versi aslinya, desain dan kemampuan rudal Scud menjadi acuan pengembangan rudal lainnya. Maka tak heran jika DNA rudal ini kini ditemukan pada rudal buatan Korea Utara dan Iran.

Scud atau R-11 (nama asli) adalah rudal balistik taktis yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Ini dikembangkan oleh ilmuwan Jerman di pengasingan dan didasarkan pada roket Nazi V-2 yang digunakan untuk menyerang London selama Perang Dunia II.

Terkait ancaman rudal, Jumat (3/5/2024) Scud awalnya dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Versi Scud A pertama mulai beroperasi pada tahun 1955 dan memiliki jangkauan hingga 190 km.

Pada tahun 1958, rudal tersebut dilengkapi dengan hulu ledak nuklir 50 karat. Sayangnya, kinerjanya buruk, sehingga lebih cocok untuk digunakan pada sasaran lunak stasioner berukuran besar.

Desain dasar Scud kemudian diperbarui dan pada tahun 1965 ia menciptakan Scud-B. Dari segi kemampuan, versi ini lebih baik dari versi sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan Scud tetap terjadi. Rudal-rudal ini terus diproduksi dan dipasarkan setidaknya hingga jatuhnya Uni Soviet.

Namun, runtuhnya Uni Soviet bukanlah akhir dari Scud. Rudal ini masih digunakan oleh negara-negara seperti Iran dan Libya.

Dengan mempertimbangkan kemampuannya, negara-negara lain mulai merancang rudal mereka sendiri berdasarkan kemampuan Scud. Misalnya Irak, negara tersebut mengoperasikan Scud versinya sendiri, Al Hussein, dengan jangkauan hingga 400 mil.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D