0 0
Read Time:3 Minute, 13 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyatakan aliran masuk modal asing terjadi pada minggu ketiga Juni 2024. Namun jika dihitung dari awal tahun 2024, tercatat masih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia.

Berdasarkan data transaksi 19-21 Juni 2024, non-residen mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 0,78 triliun di pasar keuangan domestik, kata Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono.

Irwin mengatakan, “Penjualan bersih kepada non residen tercatat sebesar Rp 0,78 triliun yang meliputi penjualan bersih di pasar saham sebesar Rp 1,42 triliun, pembelian bersih SBN sebesar Rp 0,45 triliun, dan pembelian Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) termasuk pembelian bersih “0,19”. Rp termasuk. triliun”. Situs resmi Bank Indonesia, Minggu (22/06/2024).

Irwin mengatakan pada tahun 2024, berdasarkan data setelmen per 21 Juni 2024, nonresiden melakukan penjualan bersih di pasar SBN sebesar Rp42,10 miliar, penjualan bersih di pasar saham sebesar Rp9,3 miliar, dan di pasar SBN sebesar Rp117,77 miliar. Dia menghasilkan miliaran pembelian bersih.

Dengan realisasi angka tersebut, investor asing atau modal asing masih mempercayai pasar keuangan Indonesia karena aliran modal asing yang masuk lebih banyak dibandingkan modal asing yang keluar.

“Bank terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah Indonesia dan otoritas terkait serta mengadaptasi strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal perekonomian Indonesia,” jelas Irwin.

Sedangkan premi CDS Indonesia tenor 5 tahun pada 20 Juni 2024 sebesar 76,04 bps, relatif stabil dibandingkan 14 Juni 2024 sebesar 76,40 bps.

Nilai tukar rupiah ditutup pada Rp 16.425 (bid) per dolar AS dan imbal hasil SBN (surat berharga pemerintah) 10 tahun turun menjadi 7,10%. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) melaporkan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap melemahnya dolar AS.

Menurut dia, nilai tukar rupee selalu dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu fundamental dan sentimen jangka pendek. Dari sisi fundamental, menurut Perry, seharusnya rupee menguat.

Pasalnya, perekonomian nasional saat ini didukung oleh beberapa indikator positif seperti inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pertumbuhan kredit yang baik, dan hasil investasi.

Namun, menurut Perry, pelemahan rupee disebabkan oleh faktor teknikal jangka pendek. Mulai dari konflik geopolitik di Timur Tengah hingga teka-teki kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat, The Fed.

“Misalnya, pada bulan Mei, terjadi ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Fed fund rate juga diperkirakan akan diturunkan sebanyak tiga kali, namun hal tersebut jelas tidak terjadi, dan itulah yang terjadi tahun ini.” katanya Katakanlah, Kamis (20/06/2024).

Menyikapi kebijakan moneter The Fed yang longgar, BI menaikkan suku bunga acuannya. Perry mengaku berhasil mengapresiasi nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp16.600 per dolar AS menjadi Rp15.900.

Perry juga tidak menutup kemungkinan rupiah menguat, kini turun ke Rp 16.400 per dolar AS akibat tindakan The Fed.

Perry berkata: “Faktor globalnya masih pada suku bunga dana fed fund. Kami masih memperkirakan berapa kali suku bunga tersebut akan diturunkan pada akhir tahun. Perkiraan kami adalah hal itu akan terjadi pada akhir tahun.”

“Tapi suku bunga obligasi pemerintah AS juga naik, yang dulu hanya 4,5 persen, kini naik menjadi 6 persen, karena harus membiayai utang di Amerika. Begitu pula dengan Bank Sentral Eropa yang juga mulai melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, sentimen global “tukar-itu berdampak pada pelemahan kurs,” jelasnya.

Tekanan melemahnya rupee tidak hanya datang dari luar negeri, namun juga dari sentimen dalam negeri. Misalnya pada kuartal II, khususnya Juni 2024, permintaan dari korporasi akan meningkat.

“Biasanya di kuartal kedua korporasi harus mengembalikan dividen. Mereka juga harus membayar pinjaman. kesinambungan fiskal ke depan yang menimbulkan perasaan, “Itu memberi tekanan pada nilai tukar rupee,” jelasnya.

Meski demikian, Perry meyakini nilai tukar rupee ke depan akan kembali menguat, meski dalam jangka pendek akan mendapat tekanan dari beberapa sentimen negatif.

“Pada dasarnya rupee sedang tren, jangan tanya hariannya, trennya akan kuat. Inflasi kita rendah, pertumbuhan bagus, kredit bagus. Tapi faktor sentimen harian, minggu ke minggu, akan mempengaruhinya. kecepatan,” katanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D