Jakarta – 2019. Setelah memproduksi sembilan film, saya memutuskan untuk mengubah arah karir saya dengan menjadi sutradara.
Saya memulai karir penyutradaraan saya dengan menyutradarai dua film pendek secara bersamaan, Hari 40 dan Family Room (keduanya tersedia gratis di Maxstream). Saya belajar banyak tentang bagaimana menggunakan media visual secara efektif dalam waktu singkat untuk menyampaikan sebuah cerita dengan baik.
Film pendek adalah sesuatu yang istimewa bagi saya. Latih diri Anda untuk memanfaatkan segala batasan dengan baik, namun di saat yang sama jangan ingin dibatasi olehnya agar bisa mengatakan hal-hal yang penting.
Mengeksplorasi cerita dengan cara yang sederhana, namun mampu beresonansi dan menyentuh hati penontonnya. Tentu saja proses ini tidak mudah dan juga sangat menantang. Banyak sutradara yang telah mencapai puncak industri memulai karirnya dengan membuat film pendek yang menghibur.
Dari Makassar datang sutradara Al Mustaqeem dengan karya dan judul pendeknya Nini yang bisa disaksikan gratis di VidC. Premisnya sangat sederhana, namun menarik dalam cara yang paling menarik.
Foto: Vidsee
Ceritanya tentang Zainab yang ingin memakai sepatu baru untuk Idul Fitri. Namun, masalahnya adalah kaki palsu tersebut baru saja menghilang, dan masalah sederhana ini tidak sesederhana yang dibayangkan.
Dengan cerita yang begitu menarik, Al tak berusaha berlebihan. Sebaliknya, ia berbicara sepelan mungkin, kecuali satu baris dialog yang diungkapkan oleh para karakter.
Tepatnya, film diawali dengan gema takbir dan Zainab di teras mencari sesuatu. Setelah pulang ke rumah kami melihatnya menggunakan tongkat dan menemukan bahwa dia tidak memiliki kaki kanan.
Foto: Vidsee
Al mencoba menggunakan seluruh keterampilan berceritanya untuk memberikan tempo yang diperlukan pada film tersebut. Kita lihat kelakuan seorang suami yang mengonsumsi makanan sunnah sebelum berangkat salat Idul Fitri.
Kita langsung tahu apa yang dikhawatirkan Zainab: dia diancam karena tidak bisa memakai sepatu yang baru dibelinya untuk acara khusus.
Semuanya sederhana, tidak ada yang ekstrim. Al melakukan segalanya dengan benar di film ini. Pendekatan ini membuat film mampu menembus hati kita yang seringkali tidak bersyukur atas segala kesempurnaan kita.
Foto: Vidsee
Kita boleh iri dengan segala kesederhanaan yang dimiliki Zainab dan suaminya. Jika ada sesuatu yang lebih besar daripada keinginan akan benda-benda materi, maka ada sesuatu yang lebih besar daripada keinginan akan harta benda.
Senang rasanya mengingat kembali hari-hari ini karena kita baru saja merayakan Idul Fitri. Menjadi tayangan singkat dan berkesan yang menunjukkan apa artinya menjadi orang yang bersyukur. Sebuah film pendek yang merayakan kehadiran visual sebagai elemen kunci dalam penceritaan dan semuanya disampaikan dengan sempurna.
Ketika media sosial selalu riuh setiap hari dan segala sesuatu yang bersifat materi didewakan, memandang segala sesuatu hanya demi kepentingan mereka yang mempunyai segala kelebihan adalah cara terbaik untuk mengetahui kapan, pada akhirnya, tidak ada lagi ketenangan dalam kebahagiaan. Hal-hal yang bisa dibeli dengan uang atau apa pun.
Mungkin nanti kita akan mengulas kembali segala pemahaman kita tentang materi, jika kebahagiaan bisa datang dengan cara yang lebih sederhana: kebersamaan dan cinta yang setara.
Kapan
Produser : Andi Thaquin, Indra Wijaya
Penulis Skenario: Niyar Ismayani
Sutradara: Al Mustaqeem
Pemain: Zainab Waliulu, M Yakub Abdullah
Ichwan Parsada
Sutradara/Produser/Penulis Skenario, Dosen Universitas Padjadjaran dan SAE Institute, dapat dihubungi melalui Instagram @ichwanpersada