0 0
Read Time:2 Minute, 15 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Analis memperkirakan prospek pasar modal pada paruh kedua tahun ini masih cukup positif. Keyakinan terhadap prospek pasar saham terkait dengan beberapa faktor, salah satunya adalah kemungkinan penurunan suku bunga.

“Setelah itu, akan ada pergantian presiden dan kabinet pada paruh kedua tahun ini yang disambut positif oleh pelaku pasar,” kata analis saham Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora kepada dianrakyat.co.id, Kamis (7/4/2021). 2024). .

Belum lama ini, pasar modal tanah air diwarnai oleh berbagai emosi, termasuk penurunan peringkat saham HSBC Indonesia dan rencana untuk melakukan short-selling. Menurut Andhik, penurunan peringkat HSBC sesuai ekspektasi pasar dan tercermin pada harga saham saat ini. “Sentimen HSBC dan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat pasar saham Indonesia membebani penurunan IHSG sejak Maret 2024. Sementara itu, sentimen short-selling tampaknya tidak terlalu berdampak pada IHSG saat ini,” kata Antika. . Laporan keuangan

Dihubungi terpisah, Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi menguraikan sejumlah faktor lain yang akan mempengaruhi pasar modal Indonesia pada paruh kedua tahun 2024. Antara lain, sebagian besar laporan keuangan paruh pertama tahun 2024 positif.

“Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kinerja pelaku usaha dalam negeri meski di tengah era suku bunga tinggi,” jelas Lanjar.

Di sisi lain, pertumbuhan pinjaman yang stabil dengan target BI sebesar 9-11% menjadi bukti nyata ekspansi bisnis yang terus dilakukan para pelaku usaha. Menurut Lanjar, valuasi saham di Indonesia sejak awal relatif undervalued, sementara kinerja bisnis yang positif belum diapresiasi oleh investor dari segi harga saham.

 

Menurut Antik, dukungan politik pasca pemilu dan peralihan pemerintahan baru bisa menjadi pemicu agresivitas pemerintah untuk menstabilkan perekonomian pada paruh kedua.

“Selain itu, ruang lingkup intervensi pemerintah untuk mendorong stabilitas masih sangat luas, seperti BI rate yang berada pada level 6,25%, cadangan devisa yang besar, dan instrumen kebijakan moneter yang mampu menyerap likuiditas dalam jumlah besar. jelas Lajar.

Pada saat yang sama, Lanjar mencatat ketegangan geopolitik global mulai mereda menjelang pemilihan presiden AS. Hal ini akan menjadi sentimen positif bagi iklim investasi global, khususnya bagi negara-negara berkembang.

 

Pemulihan ekonomi Tiongkok terus terlihat nyata seiring dengan membaiknya PMI manufaktur di wilayah ekspansi. Faktor lainnya adalah harga batu bara dan bahan tambang berpotensi pulih pada paruh kedua tahun ini karena meningkatnya permintaan dari Tiongkok.

“Selain itu, ada beberapa faktor yang akan menimbulkan risiko dan harus diwaspadai secara cermat. Seperti spekulasi defisit anggaran pada masa transisi pemerintahan baru dengan serangkaian manuver pembangunan pemerintahan mulai dari gizi hingga IKN. perspektif,” kata Lanjar.

Lanjar menilai beberapa mekanisme perdagangan baru seperti shortselling juga menarik untuk dicermati. Meskipun mekanisme ini dapat meningkatkan likuiditas pasar, namun juga terdapat risiko.

“Short sell bisa menjadi strategi yang menimbulkan tekanan psikologis karena melibatkan pertaruhan bahwa harga saham akan turun, yang bertentangan dengan kecenderungan alami investor yang berharap harga saham akan naik,” kata Lanjar.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D