dianrakyat.co.id, Jakarta Presiden Prabowo Subianto menyampaikan kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa Indonesia memiliki cukup dokter dan dokter spesialis untuk masyarakat.
“Percuma kita membangun rumah sakit, tapi dokternya tidak cukup. “Yah, dia minta dipercepat,” kata Budi usai dilantik menjadi Menteri Kesehatan di Kabinet Merah Putih, Jakarta, pada 21 Oktober 2024.
Pembahasan jumlah dokter untuk masyarakat Indonesia juga sempat dibahas saat Budi diundang ke rumah Prabowo di Kertanegara, Jakarta Selatan pada 14 Oktober 2024.
Saat itu, Budi mengaku diajak berdiskusi mengenai persoalan kesehatan di Indonesia, termasuk ketersediaan dokter, bersama Prabow, “Saya datang tadi, lalu saya diajak berdiskusi soal kesehatan dengannya. Dokternya harus cukup, harusnya ada cukup dokter spesialis saja sudah cukup,” kata Budi saat itu.
“Bagaimana meningkatkan pendidikan dokter dan dokter spesialis, kalau masyarakat belum cukup bisa belajar tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri untuk mempercepatnya,” lanjut Budi.
Presiden Prabovo memberikan 3 program kepada Kementerian Kesehatan
Selain memastikan kecukupan pasokan dokter, Prabowo fokus pada tiga program layanan kesehatan yang dikelola Kementerian Kesehatan.
“Kita punya tiga program, yang pertama skrining manusia sepanjang siklus hidup, karena yang penting Kemenkes bukan hanya mengobati orang, tapi melindungi kesehatan kita. “Promosi dan pengobatan preventif jauh lebih penting daripada pengobatan. “, jelas Budi.
Lalu, tugas kedua yang diminta Prabowo kepada Kementerian Kesehatan adalah pembangunan rumah sakit di daerah tertinggal dan terpencil.
Tugas kedua beliau (Prabovo Subianto) sedang mencari program untuk membangun rumah sakit, terutama di daerah tertinggal, terpencil, kepulauan. Masyarakat di sana bisa mengakses kesehatan seperti di kota-kota besar.
Kemudian, tugas ketiga terkait pemberantasan penyakit tuberkulosis (TB) yang merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang tersebar luas di Indonesia.
Nomor tiga, juga mengamanatkan pengobatan TBC lebih cepat. Itu penyakit menular yang angka kematiannya tertinggi di dunia, jauh lebih tinggi dari COVID. 100 tahun lalu, satu miliar orang meninggal (akibat TBC), lanjut Budi.
Tuberkulosis merupakan salah satu fokus utama dalam lima tahun ke depan karena penyakit ini tidak akan hilang begitu saja. Indonesia sendiri dikenal sebagai negara dengan jumlah penderita TBC terbanyak kedua.
“Penyakit ini tidak akan hilang di Indonesia, kita adalah negara terbesar kedua di dunia.”
Budi menambahkan, Indonesia sedang aktif melakukan uji klinis vaksin tuberkulosis.
“Ada tiga orang yang bekerja di Indonesia sekarang. Kami adalah satu dari hanya tujuh negara yang melakukan hal ini. “Tujuan kami adalah menyelesaikan uji klinis pada akhir tahun 2028, sehingga kami dapat mulai menguji pasien pada tahun 2029.”