0 0
Read Time:2 Minute, 0 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Pekan lalu ramai diperbincangkan mengenai hasil tes kesehatan jiwa peserta Program Pendidikan Profesi Dokter (PPDS) di 28 rumah sakit vertikal. Hasil penelitian menunjukkan 2.716 siswa PPDS menunjukkan gejala depresi.

Terkait hal tersebut, Tommy Dharmawan, Ketua Jaringan Dokter Muda Indonesia (JDN), mengatakan kasus depresi pada peserta PPDS juga terjadi di luar negeri. Berdasarkan wawancara dan pengalaman, salah satu penyebab gejala depresi disebabkan oleh masalah keuangan.

“Tidak membayar PPDS menjadi sumber depresi bagi PPDS,” kata Tommy dalam konferensi media bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara online, Jumat (19/4/2024).

Sayangnya, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang tidak menawarkan upah PPDS.

Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang tidak membayar PPDS. Tommy menjelaskan, “Padahal, Undang-Undang Pendidikan Dokter tahun 2013 menyatakan bahwa pemerintah harus memberikan tunjangan PPDS.

Lantas, berapa gaji yang harus diterima PPDS?

Tommy tidak menyebutkan angka pastinya. Namun, ia mencontohkan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

“Di Singapura gaji PPDSnya sekitar S$2.650 (sekitar 31,6 juta RMB), tapi itu negara berkembang,” ujarnya. 

Tommy menjelaskan, “Mungkin ada negara lain yang bisa dijadikan benchmark bagi negara berkembang seperti Malaysia yang jumlahnya sekitar Rp 15 juta. Namun Indonesia mempunyai kearifan lokal tersendiri mengenai berapa besaran yang harus dibayar.”

Melihat kenyamanan dokter, dokter umum, dan PPDS, Tommy menilai masih mengecewakan.

“Kesejahteraan para dokter termasuk PPDS, khususnya dokter umum, jika kita melihat negeri ini sangat menyedihkan. “Jadi depresi hanyalah salah satu masalah, dan saya pikir kita perlu melaporkan PPDS sebagai masalah kesejahteraan dokter.”

“Masyarakat, masyarakat bisa melihat dokter-dokter ini bagus dan kenapa mereka dibayar, karena mereka dibayar,” jelas Tommy. Kalaupun tidak, PPDS harusnya dibayar berdasarkan UU Pendidikan Kedokteran.” .

Tommy juga menjelaskan mengapa gaji penting bagi PPDS.

 “Peserta PPDS itu usianya setengah baya, biasanya umurnya 30-an, sudah menikah, jadi ya, mereka butuh uang untuk hidup sehari-hari,” kata Tommy.

“Jika dia tidak punya uang, bagaimana dia bisa hidup, bagaimana dia bisa berkeluarga, bagaimana dia bisa menghidupi dirinya sendiri?”

Bahkan, lanjut Tommy, permasalahan ekonomi yang dihadapi mahasiswa PPDS berujung pada terjadinya bullying pada remaja.

“Kekurangan uang bisa menjadi titik penindasan bagi generasi muda. Ketika mereka tidak punya uang, mereka mungkin meminta untuk membeli makanan, atau mereka ingin membeli lapangan sepak bola (untuk membayar sewa). Saya kira ini adalah hal-hal yang perlu diselesaikan.”  

Ia juga mengatakan, PPDS mengumpulkan gaji dari rumah sakit yang beroperasi di seluruh dunia. Sedangkan Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang tidak membayar PPDS.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D