dianrakyat.co.id, Jakarta – Virus Mpox atau cacar monyet telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi perhatian global. Adanya kekhawatiran akan penyebaran virus ini di Indonesia sehingga timbul pertanyaan apakah vaksinasi massal perlu dilakukan.
Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kimniks) menegaskan, vaksinasi massal terhadap virus MPX di Indonesia belum diperlukan. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor termasuk rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Tidak perlu karena WHO belum merekomendasikannya,” Siti Nadia Termezi, Plt Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (22/8/2024).
Nadia menjelaskan, saat ini vaksin diprioritaskan pada kelompok berisiko terpapar virus. Terkait persediaan vaksin cacar monyet, Nadia mengatakan stok tahun ini masih mencukupi sehingga tidak perlu ditambah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan “vaksinasi yang ditargetkan” untuk memerangi jenis MPX, daripada vaksinasi massal di daerah di mana virus telah terdeteksi, dengan alasan bahwa hal itu mencegah penyebaran MPX. COVID 19. Dalam wawancara eksklusif dengan Anadolu, juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan bahwa vaksin, sebagai metode yang efektif melawan Mpox, direkomendasikan untuk orang yang telah terpapar.
Ia menyarankan masyarakat untuk mendapatkannya dalam waktu empat hari setelah pameran. “Kelompok lain yang harus divaksinasi adalah petugas kesehatan di daerah di mana epidemi sedang terjadi, untuk melindungi mereka. Ada banyak kelompok lain yang berisiko lebih tinggi,” kata Margaret.
Sebelumnya, Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Chemnex) Kementerian Kesehatan Udi Paramunu mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan total 4.450 dosis vaksin, yakni 2.225 sasaran untuk dua dosis per orang cacar. Penyakit MPX, kata dia, menular melalui kontak langsung kulit ke kulit atau melalui selaput lendir, termasuk saat berhubungan seksual. Penularan melalui droplet biasanya memerlukan kontak dekat yang berkepanjangan, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau melakukan kontak dekat dengan suatu kasus mempunyai risiko lebih tinggi untuk tertular.
Yodi mengutip Laporan Teknis Mpox di Indonesia Tahun 2023 yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2024. Pada kasus terkonfirmasi, gejala Mpox yang paling sering dilaporkan antara lain luka, disusul demam, ruam, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening).
Menyikapi situasi krisis kesehatan tersebut, ia juga mengimbau masyarakat, khususnya para pelancong, untuk waspada dan menghindari bepergian ke negara-negara yang terkena dampak Mpox, serta mengikuti anjuran pemerintah. Selain itu, kata dia, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak bergonta-ganti pasangan atau perilaku seksual sesama jenis.