0 0
Read Time:1 Minute, 49 Second

Semarang – Pengobatan penyakit tuberkulosis resistan obat (TB RO) seringkali menghadapi tantangan karena pasien kesulitan untuk tetap konsisten dalam pengobatan. Beberapa penderita TBC RO bahkan menghentikan pengobatan karena durasinya yang lama dan bisa mencapai 20-24 bulan.

Namun kemajuan pengobatan TBC terkini memberikan harapan baru dengan penggunaan obat jenis BPaL (Bedaquiline, Pretomanid dan Linezolid) yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Obat ini memberikan durasi pengobatan yang lebih singkat dari sebelumnya.

Dalam acara “NGOPI (Bincang Pagi) Kehidupan” di Gajahmada FM, Dr. Dinda Saraswati Ratnaningsih dari RSUP dr. Kariadi, Semarang, menjelaskan penggunaan BPaL telah membawa perubahan signifikan dalam pengobatan tuberkulosis RO. Durasi pengobatan yang lebih singkat diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

Yayasan Mentari Sehat Indonesia berpartisipasi dalam inisiasi dan implementasi BPaL untuk pasien tuberkulosis RO di Jawa Tengah. Mereka bekerja sama dengan layanan kesehatan di berbagai daerah untuk menyaring kasus dugaan TBC.

MSI Foundation juga terlibat aktif dalam kegiatan pemantauan dan pengobatan staf, serta bermitra dengan Yayasan Bakrie Center dalam program pengendalian TBC di sektor ini.

Menurut Presiden Yayasan Mentari Sehat Indonesia, Dr. Supriyanto di Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi kedua di dunia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk mengambil tindakan tegas untuk mempercepat pemberantasan tuberkulosis pada tahun 2030.

Dr. Dijelaskannya, “Sebagai negara terbesar kedua di dunia, Indonesia harus menyikapi peningkatan jumlah kasus TBC ini sebagai hal yang positif, karena tanpa adanya gejala, pengobatan TBC tidak akan efektif.” Pengawas.

Salah satu langkahnya adalah dengan menyebarkan informasi mengenai TBC melalui media sosial untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya pencegahan dan pengobatan TBC.

Tantangan besar dalam pemberantasan tuberkulosis adalah stigma yang masih ada mengenai penyakit ini. Masyarakat sering kali takut untuk melakukan tes ketika mereka mengalami gejala tuberkulosis. Oleh karena itu, mengedukasi masyarakat tentang tuberkulosis merupakan kunci untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan dan pengobatan.

Ia berkata: “Kunci untuk mengurangi stigma adalah masyarakat harus diberikan informasi yang memadai tentang TBC. Ia menyimpulkan: “Kami melihat saat ini angka TBC masih rendah, bisa setahun sekali tergantung situasi saat ini.” Simak Lebih Dekat, Begini Kondisi Tukul Arwana Setelah 3 Tahun Mengidap Stroke. Dalam video yang dirilis, terlihat banyak teman Tukul Arwana yang berkunjung ke rumahnya untuk menjenguknya. dianrakyat.co.id.co.id 7 Mei 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D