dianrakyat.co.id, Jakarta Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental akhir-akhir ini meningkat secara signifikan. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kampanye dan upaya edukasi yang dilakukan berbagai institusi dan organisasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga kesehatan mental.
Selain itu, ketersediaan informasi dan sumber daya yang semakin luas juga berperan besar dalam membantu banyak orang memahami kesehatan mental dan cara merawatnya. Tak hanya itu, pengaruh media sosial juga berperan dalam meningkatkan kesadaran kesehatan mental.
Banyak orang yang berbagi pengalaman pribadinya mengenai kesehatan mental, termasuk tantangan yang mereka hadapi dan upaya pemulihan yang telah mereka lakukan. Berbagi cerita ini membantu mengurangi stigma yang sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental dan mendorong orang lain untuk mencari bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan.
Peningkatan kesadaran ini membawa dampak positif, dimana semakin banyak masyarakat yang mengenal berbagai konsep terkait kesehatan mental. Misalnya saja istilah ilusi dan halusinasi yang sering dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental. Namun meski begitu, masih saja ada orang yang sering salah mengartikan kedua istilah tersebut.
Padahal, ilusi dan halusinasi memiliki arti berbeda. Untuk lebih jelasnya, berikut perbedaan ilusi dan halusinasi seperti dirangkum dianrakyat.co.id dari berbagai sumber, Selasa (20/08/2024).
Waham atau delusi adalah keadaan dimana seseorang mempercayai sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Delusi seringkali merupakan gejala gangguan psikotik, seperti skizofrenia atau gangguan delusi yang persisten. Berikut beberapa jenis ilusi yang lebih sering ditemui: 1. Ilusi setelahnya
Individu yang pernah mengalami delusi percaya bahwa ada orang atau kelompok tertentu yang mengintai, mengawasi, atau berencana untuk menyakitinya. Mereka mungkin merasa paranoid, cemas dan takut terhadap ancaman yang mereka yakini ada. 2. Delusi somatik
Waham somatik adalah ketika seseorang percaya bahwa dirinya menderita penyakit tertentu atau memiliki cacat pada tubuhnya. Contohnya adalah keyakinan bahwa parasit menginfeksi tubuh atau tubuh mengeluarkan bau yang tidak sedap. 3. Ilusi Erotomania
Penderita erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya menyukai seseorang, meski tidak mengenal atau belum pernah bertemu dengan penderitanya. Biasanya yang menjadi sasaran ilusi tersebut adalah seseorang yang mempunyai status sosial lebih tinggi atau terkenal. 4. Ilusi Hichillistic
Delusi nihilistik adalah pemikiran keliru yang membuat Anda percaya bahwa seseorang sudah mati atau segala sesuatu di dunia ini tidak ada artinya. Khayalan ini melibatkan keyakinan kuat bahwa Anda atau dunia di sekitar Anda tidak nyata atau terbatas. 5. Kekeliruan referensi
Orang yang menderita ilusi referensi mungkin merasa bahwa orang-orang di sekitar mereka sedang membicarakan mereka atau memberikan sinyal tersembunyi yang ditujukan kepada mereka. Mereka mungkin juga merasa bahwa pesan-pesan di media massa atau program televisi ditujukan khusus kepada mereka.
Terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi psikodinamik, dapat membantu seseorang yang mengalami delusi. Terapi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi pola pikir yang salah dan membantu orang tersebut mengembangkan strategi untuk mengelola delusi yang dialaminya. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan ahli kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang tepat.
Halusinasi adalah pengalaman indera yang terjadi ketika seseorang mendengar sesuatu yang tidak ada dalam kenyataan. Ini mungkin mencakup satu atau lebih indera, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan atau rasa. Berikut beberapa jenis halusinasi yang paling sering ditemui: 1. Halusinasi pendengaran
Halusinasi ini terjadi ketika seseorang mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada, seperti percakapan, instruksi, musik atau suara-suara lainnya. Hal ini sering terjadi pada gangguan jiwa seperti skizofrenia, gangguan bipolar atau demensia. 2. Halusinasi visual
Dalam hal ini, orang tersebut melihat benda, pola visual, orang atau cahaya yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi penglihatan dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk gangguan mental dan penyakit fisik yang berhubungan dengan gangguan saraf. 3. Halusinasi penciuman
Seseorang merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi penciuman dapat terjadi pada banyak kondisi, seperti migrain, epilepsi, atau gangguan penciuman. 4. Halusinasi taktil
Halusinasi tersebut meliputi sensasi yang sebenarnya tidak ada, seperti sentuhan, getaran, atau sensasi lain pada tubuh. Hal ini dapat terjadi pada banyak kondisi, termasuk gangguan saraf tepi atau gangguan sistem saraf pusat. 5. Halusinasi rasa
Seseorang merasakan indera perasa yang sebenarnya tidak ada pada bahasanya. Halusinasi rasa bisa terjadi pada banyak kondisi, seperti gangguan penciuman atau gangguan pada sistem saraf pusat.
Penyebab halusinasi bisa bermacam-macam, mulai dari gangguan mental seperti skizofrenia, depresi, atau gangguan bipolar, hingga penyakit fisik seperti demensia, tumor otak, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi medis jika Anda mengalami halusinasi, karena ini bisa menjadi gejala dari suatu kondisi yang memerlukan pengobatan.
Perawatan halusinasi biasanya melibatkan terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif, yang dapat membantu seseorang mengelola dan mengurangi dampak halusinasi. Selain itu, perawatan medis mungkin diperlukan tergantung penyebab dan tingkat keparahan halusinasi yang dialami.
Inilah perbedaan delusi dan halusinasi yang sering dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental. Jika Anda memiliki gejala yang menunjukkan delusi atau halusinasi, jangan mendiagnosis diri sendiri. Sebaiknya temui ahli kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater, untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.