dianrakyat.co.id, Jakarta Perbincangan anak kecil yang menjalani cuci darah belakangan ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat umum mengapa anak kecil harus menjalani cuci darah atau hemodialisis.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basara Yanourso SpA(K) menjelaskan, ada banyak alasan mengapa anak perlu cuci darah. Diantaranya adalah kelainan bawaan.
“Dalam hal ini anak tersebut memiliki kelainan ginjal atau kista sejak lahir,” jelas Piprim dalam video yang diterima HealthLiputan6com terkait maraknya permasalahan anak yang menjalani cuci darah di RSCM.
Senada dengan Piprim, Eka Lakshmi Hidayati, Dokter Spesialis Nefrologi Konsultan Anak Rumah Sakit Sipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, menjelaskan kasus gangguan ginjal pada anak yang paling banyak terjadi adalah kelainan bawaan.
Kelainan bawaan bisa berupa kelainan bentuk ginjal atau kelainan fungsi bawaan. Fungsi yang paling umum adalah sindrom nekrotik kongenital, kata Eka pada Kamis, 25 Juli 2024 dalam live Instagram di akun RSCM Oofficial.
Kemudian, Piprim mengungkapkan, anak penderita lupus juga berdampak pada ginjal sehingga berujung pada cuci darah.
Piprim juga menyoroti persoalan gaya hidup tidak sehat yang berujung pada cuci darah. Mengonsumsi gula, garam, dan makanan tinggi lemak dapat membuat anak mengalami obesitas, dan jika tidak ditangani maka anak tersebut rentan terkena penyakit degeneratif.
“Anak-anak yang mengalami obesitas mengalami peradangan tingkat rendah yang terjadi secara kronis, kemudian seperti hipertensi (dikombinasikan dengan faktor lain), hal ini dapat merusak ginjal dan akhirnya menyebabkan kerusakan ginjal yang memerlukan cuci darah,” jelas Piprim.
Eka mengatakan, saat ini ada 30 anak yang menjalani hemodialisis atau cuci darah rutin di RSCM. Kebanyakan pasien gangguan ginjal di RSCM merupakan pasien rujukan.
“Karena melihat referensinya juga bisa dikirimkan, banyak juga yang mengirimkan. Itu yang menyebabkan kerumunan besar,” kata Eka.