0 0
Read Time:2 Minute, 15 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular paling mematikan di dunia, jauh melampaui Covid-19. 1 miliar orang telah meninggal karena TBC dalam 100 tahun terakhir.

Pemberantasan penyakit ini menjadi salah satu prioritas Kementerian Kesehatan (KMENX) dalam lima tahun ke depan dan diberikan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.

Di Jakarta, Senin (21/10/2024), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, “Beliau (Prabowo Subianto) dipercaya untuk mengobati TBC lebih cepat.”

Peneliti Kesehatan Global Dickie Budiman memberikan masukan kepada Prabowo dan Budi mengenai program-program unggulan di bidang kesehatan. Dickey meyakini perlunya perencanaan yang detail dan terukur, dengan jadwal dan indikator kinerja utama (KPI) yang jelas.

Dickey juga menguraikan rekomendasi rencana aksi 100 hari pertama Kementerian Kesehatan untuk program percepatan pengobatan tuberkulosis sebagai berikut: 1-2 bulan: Studi kasus dan penemuan;

Pada bulan pertama dan kedua, Dickey menawarkan diri untuk mencari dan melacak kasus tuberkulosis.

Hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Sosial. Hal ini berarti mengintegrasikan layanan deteksi dini TBC di puskesmas dan klinik di bawah Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Fokus pada peristiwa besar seperti di Jawa Barat, Sumut, Papua, dan Jakarta, saran Dickey dalam keterangan tertulis, Rabu, 23 Oktober 2024. Pelatihan bagi tenaga kesehatan

Pada bulan pertama dan kedua, Dickey mengatakan perlu dilakukan pelatihan terhadap tenaga kesehatan.

“Program pelatihan intensif bagi 2.000 petugas kesehatan di daerah dengan beban TBC tinggi, untuk meningkatkan kapasitas dalam mengidentifikasi dan merawat pasien.”

Pada bulan ketiga, Kementerian Kesehatan sudah mampu memantapkan pengobatan dan memperoleh obat tuberkulosis.

Memastikan distribusi obat lini pertama dan kedua yang terkendali di 10 negara bagian dengan insiden TBC tinggi. Ia bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) dan Departemen Kesehatan untuk memastikan bahwa rantai pasokan obat terlindungi.

Selain itu, kampanye nasional yang melibatkan media, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan masyarakat diperlukan untuk mendorong deteksi dini dan kepatuhan terhadap pengobatan.

Key Performance Indicator (KPI) atau Indikator Kinerja Utama program ini: Setidaknya 50 persen cakupan kasus TBC di 10 negara prioritas. Sasaran tersebut berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan mengenai beban TBC di Indonesia. Kesesuaian terapi yaitu. 85% pasien TBC harus mendapat terapi lengkap. Tujuan ini terkait dengan indikator tuberkulosis WHO. Terdapat keterlibatan LSM dan masyarakat, setidaknya LSM lokal terlibat dalam program publisitas dan kampanye pendidikan publik anti-TB.

Menurut Dickey, program tersebut harus diawasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi KPK dan BPK adalah memantau pengelolaan dana obat TBC, penyalurannya ke negara, dan memastikan tidak disalahgunakan. Audit rutin dilakukan untuk memastikan pengadaan dan distribusi obat sudah sesuai standar.

Di sisi lain, organisasi non-pemerintah dan organisasi internasional dapat membantu di lapangan melalui pendidikan, advokasi dan kerjasama teknis mengenai tuberkulosis.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D