dianrakyat.co.id Menteri Kesehatan Jakarta, Indonesia Budi Gunadi Sadikin mengatakan hal itu dalam menangani pasien demam berdarah yaitu penyakit yang dibawa oleh serangga Pendekatan komprehensif harus digunakan.
Dalam konteks ini nyamuk Aedes aegypti memerlukan pengendalian vektor. Menteri Kesehatan Budi menegaskan, sebaliknya manusia perlu ditangani dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
“Kita harus mengendalikan vektor seperti nyamuk, tapi juga mengobati manusia dengan diagnosis yang benar dan manajemen kasus (pengobatan) yang tepat. Dengan cara ini, kita bisa menghentikan penyebaran dan mencegah kematian,” kata Budi dalam pertemuan kerja sama dengan koalisi gabungan untuk melawan demam berdarah di Raffles Hotel Jakarta pada hari Kamis tanggal 28 Maret 2024 dan FGD
Kasus demam berdarah masih menjadi masalah di Indonesia. Angka kematian penderita demam berdarah di Indonesia cukup tinggi dalam 4 tahun terakhir.
Pada tahun 2021, terdapat 705 kematian, meningkat menjadi 1.236 pada tahun 2022, kemudian turun menjadi 894 pada tahun 2023. Hingga 18 Maret 2024, terdapat 316 kematian.
Kementerian Kesehatan Masyarakat dan Koalisi Melawan Demam Berdarah berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO): tidak ada kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030.
Untuk mencapai tujuan nol kematian akibat demam berdarah. Kementerian Kesehatan Masyarakat mempunyai empat strategi: promosi dan pencegahan, pengawasan, intervensi medis, dan pengobatan.
Komisioner IX DPR RI Emmanuel Melkides Laka Lena memuji upaya koalisi bersama dalam mencapai tujuan nihil kematian akibat demam berdarah di Indonesia.
“Upaya yang dilakukan untuk mencapai nol kematian akibat demam berdarah harus diapresiasi dan diperkuat dengan peraturan yang lebih baik. “Dengan kerjasama bersama ini Penanggulangan di masa depan akan menjadi lebih penting,” kata Liputan dalam keterangan tertulis yang diperoleh 6.com.
Melki mengatakan upaya ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah federal. tetapi juga pemerintah daerah.