0 0
Read Time:2 Minute, 34 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Thalassemia merupakan kelainan darah genetik yang diturunkan dari orang tua kepada anak dan keturunannya.

Menurut Edi Tehuteru, dokter anak di Rumah Sakit Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, talasemia merupakan kondisi kronis yang memerlukan pengobatan seumur hidup. Artinya, anak dengan penyakit ini memerlukan transfusi darah sepanjang hidupnya. Khususnya bagi penderita thalassemia mayor atau thalassemia mayor.

Thalasemia disebabkan oleh berkurang atau tidaknya protein penyusun hemoglobin dasar darah, sel darah merah mudah pecah dan umur sel darah merah sangat pendek.

Kabar baiknya adalah pasien thalassemia mayor kini dapat terhindar dari transfusi darah seumur hidup.

Sejauh ini, transplantasi tersebut merupakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan di usia muda bagi pasien thalassemia mayor agar terhindar dari pendarahan. Tingkat keberhasilan transplantasi sel darah bisa mencapai 74,5 persen.

Transplantasi menggunakan sel induk yang menghasilkan sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sel jenis ini bisa didapat dari sumsum tulang, darah tepi, dan darah tali pusat. 

Transplantasi sel induk darah adalah pengobatan umum di negara lain. Salinan dapat dibuat, meskipun jumlahnya terbatas di Indonesia sendiri.

Tidak jarang pasien yang mencari transplantasi sel darah dikirim ke rumah sakit luar negeri. Sebenarnya tindakan tersebut sudah bisa dilakukan di Indonesia.

Transplantasi sel darah sudah bisa dilakukan di Indonesia, salah satunya RS Tzu Chi Pantai Indah Kapuk. Memang karena keterbatasan fasilitas dan ketersediaan obat di Indonesia, jumlah rumah sakit yang bisa melakukan pengobatan masih kurang untuk transplantasi,” kata Eddy seperti dikutip, Jumat (9/6/2024).

Selain itu, tidak semua rumah sakit dapat menyediakan layanan transplantasi sel darah karena pengobatannya memerlukan ruang perawatan khusus tanpa tindakan pencegahan untuk mengurangi komplikasi pasca transplantasi, ujarnya.

Eddie menjelaskan, anak-anak yang menjalani transplantasi sel darah harus dirawat di ruangan steril selama kurang lebih 30 hari setelah sel tersebut dimasukkan ke dalam tubuhnya. Hingga sel induk yang ditransplantasikan dapat berfungsi dengan baik dan sistem kekebalan tubuh siap.

Kendala lain dalam melakukan transplantasi adalah sulitnya menemukan donor sel induk, karena sebagian besar transplantasi untuk kelainan darah seperti talasemia memerlukan sel induk dari orang lain. ” 

Sayangnya, negara kita belum memiliki bank data seluler seperti negara lain. Ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk menemukan donor yang cocok,” ujarnya.

Pembatasan yang ada di Indonesia memotivasi PT Cordlife Persada untuk aktif menerapkan praktik penyimpanan darah tali pusat sejak tahun 2007.

Darah janin merupakan sumber sel induk darah yang dapat digunakan dalam transplantasi penyakit yang berhubungan dengan kelainan darah seperti leukemia dan talasemia. 

Konsultan Medis PT Cordlife Persada Dr. Mariana Wirtin mengatakan, menyimpan darah tali pusat ibarat menyimpan uang yang bisa digunakan saat dibutuhkan. Tujuan utama penyimpanan darah tali pusat adalah sebagai cadangan yang dapat digunakan jika diperlukan pada saat bayi dengan darah tali pusat tumbuh besar.

“Namun, darah tali pusat yang disimpan juga dapat bermanfaat bagi keluarga jika seseorang membutuhkan transplantasi sel induk.” Oleh karena itu, kami menyarankan para orang tua untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap anak, karena semakin banyak sel yang disimpan maka semakin banyak pula yang dimilikinya. Keanekaragaman sel akan memiliki sebuah keluarga. “

Hal ini akan meningkatkan peluang menemukan sel induk yang cocok untuk digunakan ketika ada anggota keluarga yang membutuhkan pengobatan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D