0 0
Read Time:3 Minute, 53 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat suara untuk mendukung penawaran umum perdana (IPO) yang akan dilakukan pada 2024. kemungkinan akan berjalan lambat.

Berdasarkan data Ernst and Young (EY), Chief Development Officer IDX Jeffrey Hendrik menjelaskan, pada semester pertama tahun ini, jumlah IPO dan nilai dana yang dihimpun IPO pasar saham seluruh dunia mengalami penurunan sebesar 12% dan 16% ( tahun), masing-masing. 2024 versus 2023 di paruh pertama.

Penurunan nilai dan jumlah IPO terutama terjadi di kawasan Asia-Pasifik, atau di negara-negara berkembang, dimana nilai dana yang diperoleh dari IPO di kawasan Asia-Pasifik turun 73% (year-on-year). Sejumlah faktor mungkin berkontribusi terhadap melemahnya sentimen di pasar IPO. Antara lain kenaikan suku bunga. Dampaknya, likuiditas pasar keuangan global semakin menurun.

Lalu ada masa pemilu, lebih dari 60 negara memilih presiden baru tahun ini, kata Jeffrey kepada wartawan, Rabu (10/7/2024). Pada saat yang sama, perekonomian regional, terutama Tiongkok dan Hong Kong, melemah.

Faktor lain yang menghambat penggalangan dana di pasar modal adalah risiko geopolitik yang berdampak pada meningkatnya volatilitas perekonomian global. “Kami tentu memperkirakan kondisi akan membaik pada paruh kedua tahun ini,” tambah Jeffrey. Penggalangan dana 

Meski IPO berjalan damai, Kepala Badan Pengawasan Pasar Modal, Derivatif, dan Pertukaran Karbon OJK Inarno Djajadi cukup optimistis target penggalangan dana tahun ini bisa tercapai. Meski diakuinya, indikator pasar modal Indonesia masih akan mengalami penyesuaian hingga paruh pertama tahun 2024.

“Pasar saham, indeks gabungan harga saham, sejak awal tahun terkoreksi 2,88 persen ke level 7.063, menguat 1,33 persen mtd,” kata Inarno RDK pada konferensi pers Juni 2024

 

 

IHSG terkoreksi 2,88 persen. sejak awal tahun sebesar Rp7.063,58 (rata-rata 1,33 persen), dengan kapitalisasi pasar Rp12.092 triliun atau 3,58 persen. Pelemahan terjadi pada sektor teknologi dan transportasi serta logistik (year-to-date).

Dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai harian transaksi saham sebesar Rp 12,28 triliun. Sementara itu, penggalangan dana di pasar modal tetap positif dengan penawaran umum senilai Rp 120 triliun dari 26 emiten baru.  Sementara itu, masih terdapat 103 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif Rp 30,02 triliun. 

 

Sebelumnya, Ketua Umum dan Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengabarkan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan go public pada 2025. Hal ini bertepatan dengan berakhirnya masa transisi baru. pemerintah.

Wait and see. Mudah-mudahan tahun depan memang ada BUMN (IPO), kata Iman, Rabu (10/7/2024).

Sebelumnya, Menteri Negara Erick Thohir menyarankan beberapa perusahaan pelat merah untuk debut di pasar saham. Tapi belum ada bulan baru. Saat ini Bursa sendiri telah menerima 32 emiten baru dari target 62 IPO.

“Sekarang rencana kita masih ada sekitar 30 perusahaan. Kita harapkan seperti awal tahun, target kita sekitar 60 perusahaan. Saat ini ada 32 perusahaan yang ikut. Kita harapkan target itu bisa tercapai di akhir tahun. tahun,” kata Iman.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis perdagangan pasar saham akan kondusif pada masa transisi pemerintahan baru. Dia mengatakan proses transisi akan berjalan lancar dan pasar tidak perlu khawatir.

Menko Airlangga menjelaskan, saat penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 telah dikonsultasikan dengan Presiden terpilih Prabowo Subianto. Dengan demikian, pasar tidak perlu khawatir dengan kebijakan makroekonomi yang akan dilakukan pasca pergantian presiden.  

Jadi tidak perlu khawatir dengan target pertumbuhan, target program ketenagakerjaan yang lebih baik, yang semuanya nanti dituangkan dalam RAPBN. Jadi pasar saham tidak perlu ‘wait and see saja’, kata Airlangga.

 

 

Dulu, di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat sejumlah perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO).

Pada 5 Juli 2024, ada 27 perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di pasar modal. Dana yang dihimpun melalui IPO sebesar 4,05 triliun. Rp.

I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan saat ini ada 24 perusahaan yang siap debut di pasar saham. Perusahaan skala menengah masih mendominasi dari sisi aset. Jika dilihat dari sektornya, sebagian besar merupakan sektor konsumen non-siklus.

“Saat ini ada 24 perusahaan yang tercatat di BEI,” kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (7/06/2024).

Berdasarkan POJK nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 6 perusahaan yang memiliki aset melebihi 250 miliar. Rp. Kemudian 15 perusahaan dengan rata-rata aset 50 miliar atau lebih. hingga Rp 250 miliar. Tiga perusahaan sisanya memiliki aset kecil senilai kurang dari $50 miliar. Rp.

Sementara itu, informasi sektornya adalah sebagai berikut:

• 0 perusahaan di sektor bahan baku

• 2 perusahaan di sektor kebijakan konsumen

• 8 perusahaan di sektor konsumen non-siklus

• 1 perusahaan di bidang energi

• 2 perusahaan di sektor keuangan

• 3 perusahaan di bidang kesehatan

• 4 perusahaan di sektor industri

• 0 perusahaan di sektor infrastruktur

• 1 perusahaan real estate dan sektor real estate

• 2 perusahaan di bidang teknologi

• 1 perusahaan di bidang transportasi dan logistik

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D