dianrakyat.co.id, JAKARTA — Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) 56 Marcela Zelianti mengajak pemerintah untuk tidak lelah menjalin kerja sama untuk meningkatkan kualitas lingkungan industri perfilman Indonesia melalui dukungan dan kebijakan yang konstruktif. dukungan tersebut tersedia untuk menunjang sumber daya manusia (SDM).
“Mengingat kontribusi perfilman dan industri kreatif terhadap perekonomian nasional, kita semua berharap pemerintah tidak lelah dan terus melakukan kerja sama, kerjasama dan dukungan melalui kebijakan yang konstruktif dan efektif yang benar-benar dapat mendorong lingkungan perfilman nasional. kata Marcela saat perayaan. Hari Film Nasional 2024 digelar PARFI 56 di Jakarta, Sabtu (30/3/2024).
Marcela mengatakan pada tahun 2023 saja, industri film Indonesia akan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 54 juta dan film Indonesia menguasai pangsa pasar sebesar 61 persen. Menurutnya, angka tersebut merupakan suatu hal yang patut dibanggakan mengingat angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya setelah masa-masa sulit yang dihadapi industri selama pandemi.
Marcela mengatakan, salah satu alasan digalakkannya industri perfilman adalah selain bioskop yang masih menjadi saluran distribusi film-film lokal, kehadiran platform digital sebagai cara distribusi baru meningkatkan minat masyarakat terhadap film. kenikmatan film-film produksi anak negeri.
“Kalau kita lihat angka-angka ini, kita lihat keawetan produksi film dan penontonnya luar biasa. Tadinya kita takut film Indonesia bakal susah tayang, tapi itu (jumlah penonton dan pangsa pasar) membuktikan kesabaran dan kecintaan orang-orang dalam produksi film. Di Israel, Anda masih bisa mempercayai Dia atau sesuatu yang bisa dibanggakan,” ujarnya.
Terkait kebijakan pemerintah yang mendukung, Marcela mengatakan upaya pemerintah dalam mendukung industri film juga turut membantu meningkatkan kualitas film.
Salah satunya adalah proses penghapusan film dari daftar investasi negatif, yang memberikan peluang bagi industri film untuk menerima investasi lebih besar dari investor asing.
Meski demikian, PARFI 56 mengharapkan dukungan tetap dari pemerintah untuk mendukung pemberdayaan sumber daya manusia di industri perfilman Indonesia. Misalnya saja mewajibkan investor asing manufaktur di Indonesia untuk menggunakan talenta lokal pada pekerja dan aktor. Contoh lain dari kebijakan yang PARFI 56 harapkan dapat diberikan oleh pemerintah terhadap pertumbuhan industri film adalah bentuk insentif pajak untuk produksi film.
Dikatakannya, dalam menghadapi pengurangan pajak, biaya-biaya tersebut dapat dialokasikan lebih banyak untuk mendukung pengembangan mulai dari penelitian hingga promosi film, yang tentunya dapat meningkatkan kualitas karya.
“Kami masih belum memiliki pengembangan cerita yang cukup untuk film tersebut. Dalam produksi kami, seringkali kami tidak memiliki waktu untuk melakukan riset dan anggaran untuk promosi yang lebih sedikit. Jadi jika kami dapat mendukung insentif pajak ini, kami berada di dunia perfilman. , kami berharap peningkatan sumber daya manusia di bidang perfilman dan kualitas produksinya terus meningkat, kata Marcela.
Ia berharap pemerintah dapat menyikapi persyaratan yang sama terhadap industri film sehingga dapat meningkatkan kontribusi positif industri tersebut terhadap perekonomian Indonesia.