dianrakyat.co.id, Jakarta Belanja sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Perdagangan, sektor perdagangan merupakan sektor terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 12,94% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi beberapa tahun lalu sangat mempercepat adopsi belanja online. Meski demikian, konsumen Indonesia masih belum meninggalkan kebiasaan belanja offline mereka.
Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren, data, dan wawasan belanja, Populix berupaya menggali lebih jauh pola belanja konsumen di Indonesia melalui laporan penelitian bertajuk Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline. Studi ini melihat tren belanja offline dan online, serta situasi pascapandemi yang juga mempengaruhi perilaku belanja konsumen.
“Sejak pandemi, kita telah menyaksikan transformasi menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meskipun pandemi telah menyebabkan peningkatan besar dalam belanja online, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman berbelanja konsumen dan terus berkembang. Setelah pandemi ini, “penelitian kami menunjukkan dinamika kompleks antara ritel online dan offline, menunjukkan bahwa keduanya tidak hanya bertahan, namun juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat,” kata Inda Tanip, kepala penelitian di Populix . Minggu (21/4/2024).
Studi Populix membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode, yakni sebelum, saat, dan setelah pandemi. Karena faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, hingga 54% responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih berbelanja online selama pandemi masih berlangsung. Setelah pandemi berakhir, 49% dari mereka masih lebih sering berbelanja online.
Berbeda dengan persentase aktivitas belanja online yang sedikit menurun, jumlah konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline meningkat lebih dari 2 kali lipat pascapandemi. Hal ini menunjukkan meskipun tren belanja online cukup populer, namun konsumen Indonesia masih menyukai belanja offline.
Dari sisi konsumen, memiliki toko offline dan online tentunya dapat mengakomodasi preferensi belanja yang berbeda-beda. Secara umum konsumen Indonesia cenderung memiliki preferensi tersendiri ketika membeli kategori produk tertentu. Studi ini menemukan bahwa produk fashion dan kecantikan (masing-masing 46%) dibeli secara online, sedangkan barang sehari-hari seperti bahan makanan (34%) sebagian besar dibeli secara offline.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti beberapa faktor pendorong yang membuat konsumen memilih berbelanja baik online maupun offline: Internet: Kenyamanan dan kemudahan dalam membandingkan harga.
Kenyamanan (67%) dan kemudahan dalam membandingkan harga (66%) merupakan dua faktor utama yang mendorong konsumen berbelanja online, diikuti oleh ketersediaan metode pembayaran yang berbeda (60%) di peringkat ketiga. Kemudahan proses pengembalian (25%) juga menjadi salah satu alasan penting mengapa konsumen menyukai belanja online.
Tangibility atau bisa memegang/merasakan produk secara langsung (77%), tanpa biaya pengiriman (66%), disusul kedekatan dengan toko (62%) menjadi tiga faktor utama yang membuat konsumen lebih memilih belanja offline.
Terakhir, transaksi belanja offline dan online mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan perekonomian Indonesia. “Untuk terus memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online sangat penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang berbeda-beda. pelanggan,” pungkas Inda.