dianrakyat.co.id, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengikuti perkembangan terkini di Timur Tengah dan dampaknya terhadap kinerja broker dan stabilitas sistem keuangan negara di masa depan.
Berdasarkan keterangan tertulis OJK, Kamis (18 April 2024), dalam rapat mingguan Dewan Pengurus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tanggal 17 April 2024, stabilitas nilai tukar dinilai Sektor jasa keuangan negara ini terus didukung oleh permodalan yang kuat. Likuiditas yang cukup dan posisi yang dapat dikelola dalam menghadapi meningkatnya ketegangan geopolitik global.
Di tengah ketidakpastian yang semakin meningkat, OJK menilai fundamental perekonomian Indonesia tetap sehat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan yang terjaga pada kisaran 5 persen, inflasi yang berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia, dan neraca perdagangan yang masih mencatat surplus. Cadangan devisa yang cukup dan kesiapan ruang fiskal
Hingga Februari 2024, paparan langsung lembaga keuangan (FSI) ke kawasan Timur Tengah relatif terbatas. Surat berharga emiten Timur Tengah yang dimiliki bank lokal hanya berjumlah Rp 1,3 triliun atau 0,06 persen dari seluruh surat berharga yang dimiliki bank. “Sementara itu Perusahaan asuransi dan keuangan tidak memiliki surat berharga dengan ekspatriat Timur Tengah,” lapor OJK.
Selain itu, kepemilikan saham investor Timur Tengah di pasar saham mencapai Rp65,73 triliun atau sekitar 2 persen dari total nilai saham investor non-residen.
Kepemilikan investor (pengendali) LJK di Timur Tengah tercatat hanya di sistem perbankan. Porsi asetnya sebesar 0,1 persen terhadap total aset bank. Buffernya masih mencukupi.
Ke depan, buffer untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah potensi konflik di Timur Tengah dinilai masih memadai.
Memperhitungkan tingkat permodalan tertinggi di wilayah tersebut Risiko nilai tukar rupee cukup terbatas. Hal ini terlihat dari posisi devisa bersih harian (PDN) bank pada awal April 2024 yang jauh di bawah ambang batas (1,67 persen dengan ambang batas 20 persen) serta likuiditas rupee dan valuta asing yang masih cukup
Meski demikian, OJK akan terus memantau perkembangan risiko pasar pada lembaga jasa keuangan. dan akan menaruh perhatian besar pada pembiayaan sektor-sektor yang berisiko tinggi terjadinya konflik di Timur Tengah. Termasuk mencermati kondisi masing-masing LJK.
OJK meminta LJK melakukan asesmen terhadap potensi transferable impact perkembangan perekonomian global dan domestik terhadap portofolio investasinya. dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.
“OJK terus berkoordinasi dengan anggota KSSK dan berkomitmen mengeluarkan kebijakan yang diperlukan secara tepat waktu,” demikian bunyi laporan tertulis OJK.