JAKARTA – Alih-alih fokus hanya pada luar angkasa, NASA justru mengalihkan perhatiannya ke Bumi dengan memanfaatkan satelit canggihnya untuk membantu para pemerhati lingkungan dalam upaya melestarikan spesies yang terancam punah, seperti harimau dan gajah.
Hilangnya habitat adalah ancaman terbesar terhadap keanekaragaman hayati di planet kita. Pertumbuhan populasi mendorong deforestasi dan eksploitasi sumber daya yang berlebihan.
Seperti dilansir IFL Science, Selasa (6/11/2024), spesies besar seperti harimau dan gajah termasuk yang paling terancam punah.
Populasi besar harimau Asia (Panthera tigris) telah kehilangan 93% habitatnya dalam 150 tahun terakhir. Para ilmuwan memperkirakan jumlah harimau yang tersisa di alam liar kurang dari 4.000 ekor.
Namun, data satelit NASA menawarkan secercah harapan untuk menunjukkan dengan tepat wilayah yang dapat diakses oleh serangga raksasa ini.
“Ternyata ada lebih banyak ruang bagi harimau di dunia daripada yang diperkirakan para ahli,” kata ahli ekologi Eric Sanderson, yang saat ini bekerja di New York Botanical Garden, kepada Emily DeMarco dari NASA.
“Kami hanya bisa mengetahuinya karena kami mengumpulkan semua data dari NASA dan menggabungkannya dengan informasi dari lapangan.”
Upaya NASA dalam menggunakan teknologi satelit untuk konservasi satwa liar adalah contoh sempurna tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat digunakan untuk memecahkan masalah besar lingkungan.
Dengan menggabungkan data satelit dan pengetahuan lapangan, para ilmuwan dan aktivis konservasi dapat memperoleh wawasan berharga mengenai kebutuhan habitat spesies yang terancam punah dan mengembangkan strategi efektif untuk perlindungan mereka.
Satelit NASA menyediakan data penting untuk mengidentifikasi habitat potensial bagi spesies yang terancam punah.
Upaya konservasi NASA menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan.
Kerja sama antara ilmuwan dan pegiat konservasi sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati.