dianrakyat.co.id, Jakarta – Agenda APBN tahun lalu 2024, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim mengumumkan pemerintah federal Malaysia akan mengganti kendaraan dinas dengan kendaraan listrik.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Menteri Sumber Daya Alam dan Kelestarian Lingkungan Malaysia, Nik Nazmi Nik Ahmad, yang kembali menegaskan bahwa transisi akan dimulai tahun ini.
“Seperti yang diumumkan Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim tahun lalu, armada pemerintah akan mencakup kendaraan listrik tahun ini,” kata Nick Nazmi saat membuka International Greentech & Eco Products Exhibition and Conference Malaysia (IGEM) 2024.
“Namun implementasinya belum tuntas karena memakan biaya yang besar. Kita juga harus melihat implikasi finansialnya,” imbuhnya.
Sejauh ini belum ada kejelasan apakah elektrifikasi yang dilakukan pemerintah Malaysia hanya berlaku untuk mobil menteri atau jabatan pemerintah lainnya.
Media otomotif Malaysia berspekulasi mengenai beberapa model mobil dari Paul yang akan diadopsi sebagai komitmen pemerintah Malaysia terhadap transisi energi.
Tesla Model 3 dan Y dapat dilihat di jalan-jalan Malaysia dengan lencana resmi pemerintah, karena Tesla adalah bagian besar dari upaya pemerintah Malaysia untuk mempromosikan penggunaan kendaraan listrik secara luas.
Langkah besar pemerintah Malaysia ini membuka kemungkinan membandingkan peluncuran mobil listrik Proton dan Perodua yang rencananya mulai dijual pada 2025.
Namun jika melihat kecenderungan pemerintah yang menggunakan kendaraan besar untuk kegiatan niaga, kemungkinan penggunaan kendaraan tersebut bisa dikesampingkan.
Mengingat kapasitasnya, model CKD rakitan lokal seperti Mercedes-Benz EQS500 di Malaysia bisa jadi pilihan, meski banderol harganya terlalu mahal di bawah anggaran.
Maxus MIFA 9 mungkin jadi rumor paling akurat untuk menggantikan Toyota Vellfires kesayangan para menteri.
Dibanderol sekitar Rp 1,425 miliar, MPV elektrik mewah ini jauh lebih murah dibandingkan EQS500 yang dibanderol dua kali lipat.