0 0
Read Time:2 Minute, 54 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Microsoft kini berada di bawah bayang-bayang pengawasan UE. Sebuah perusahaan asal Redmond, Washington, Amerika Serikat dituding diam-diam mengumpulkan data anak di bawah umur.

Kelompok advokasi Austria, Noyb, mengajukan dua keluhan terhadap Microsoft atas penggunaan aplikasi Microsoft 365 Education di sekolah.

FYI, kelompok advokasi ini juga telah mengajukan pengaduan terhadap OpenAI, Meta, Spotify dan beberapa perusahaan teknologi lainnya.

Menurut laporan Engadget, Kamis (6/6/2024), Microsoft 365 Education memasang cookie untuk menganalisis kebiasaan pengguna dan mengumpulkan data pencarian browser.

Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk tujuan periklanan tanpa sepengetahuan sekolah.

Kelompok advokasi juga menuduh Microsoft mengumpulkan data anak-anak yang menggunakan layanan Microsoft di sekolah dan secara diam-diam memantau data anak-anak.

Felix Mikolasch, pengacara perlindungan data di Noyb, mengatakan: “Analisis aliran data kami sangat memprihatinkan. Microsoft 365 Education melacak pengguna tanpa memandang usia mereka.”

“Praktik ini dapat berdampak pada ratusan ribu siswa dan pelajar di Uni Eropa dan EEA (Wilayah Ekonomi Eropa). Pihak berwenang pada akhirnya harus mengambil tindakan dan secara efektif menegakkan hak-hak anak di bawah umur,” tambah Felix.

Noyb juga menuduh Microsoft mengabaikan kewajibannya terhadap sekolah berdasarkan Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) UE karena tidak memberikan informasi tentang kebijakan privasi atau pengumpulan data perusahaan.

Maartje de Graaf, pengacara perlindungan data lainnya di Noyb, mengatakan: “Microsoft menyimpan semua informasi pemrosesan data penting dalam perangkat lunaknya, namun memberikan acungan jempol kepada sekolah ketika harus menggunakan hak mereka.”

Dia juga mengatakan: “Sekolah tidak memiliki sarana untuk memenuhi kewajiban mereka atas transparansi dan informasi.”

Sekadar informasi, Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) UE telah menetapkan aturan ketat untuk perlindungan data anak di bawah umur dengan penekanan pada peningkatan perlindungan individu, transparansi, dan akuntabilitas.

Siapa pun yang melanggar aturan GDPR akan didenda 20 juta euro (sekitar Rp 354 miliar), atau empat persen dari omset tahunan global perusahaan pada tahun sebelumnya.

Selain itu, Microsoft sekali lagi memperluas jangkauan Copilot, chatbot kecerdasan buatan (AI) andalannya. Kali ini, Copilot telah terintegrasi ke dalam aplikasi Telegram. 

Kehadiran Copilot di Telegram memungkinkan pengguna aplikasinya mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam interaksi sehari-hari. Ekspansi ini sejalan dengan strategi Microsoft untuk mengintegrasikan Copilot ke dalam berbagai produk dan layanan.

Microsoft sebenarnya tidak sendirian dalam menghadirkan chatbot AI ke platform obrolan, menurut laporan The Verge yang dikutip Phone Arena, Jumat (31/5/2024). Perusahaan lain seperti Meta dan Google telah melakukan hal serupa.

Tren ini mencerminkan semakin pentingnya kecerdasan buatan dalam membentuk cara masyarakat berinteraksi dan mengakses informasi di era digital.

Bagi pengguna yang ingin mengakses Copilot di Telegram, caranya sangat sederhana. Pengguna cukup mencari bot dengan nama pengguna @CopilotOfficialBot di menu bilah pencarian aplikasi Telegram, lalu menyetujui ketentuan penggunaan dan privasi.

Setelah menerima ketentuan, pengguna harus membagikan nomor Telegram kepada bot Telegram Copilot. Pengguna kemudian dapat menggunakan robot ini untuk membantu aktivitas sehari-hari.

Di Telegram, Microsoft mendemonstrasikan kemampuan bot Copilot untuk melakukan pencarian di Internet, memberikan rekomendasi film, membuat rutinitas olahraga, membantu tugas pengkodean, menerjemahkan percakapan, dan juga memberikan fakta singkat.

Meski kehadiran Microsoft Copilot di Telegram diyakini akan menarik minat banyak pengguna, namun chatbot ini akan fokus pada percakapan teks. Oleh karena itu, bot ini tidak mendukung pembuatan gambar melalui teks.

Selain itu, pengguna juga harus mengirimkan nomornya, terutama untuk pengguna Telegram yang bersifat pribadi.

Harap dicatat bahwa bot ini memiliki batas harian 30 transaksi. Oleh karena itu, pengguna dan bot Microsoft Copilot hanya dapat bertukar pesan sebanyak 30 kali dalam 24 jam.

Telah dinyatakan bahwa tujuan pembatasan ini adalah untuk mengontrol alokasi sumber daya sekaligus memastikan akses yang adil bagi semua pengguna.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D