0 0
Read Time:1 Minute, 31 Second

JAKARTA – Pakar Ekonomi Bisnis Abdul Hamid Paddu mengungkapkan, Pertamina sebaiknya menaikkan harga bahan bakar minyak nonsubsidi atau Pertamax. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (Unhas) itu menjelaskan, alasannya agar Pertamina tidak bangkrut.

“Dalam kondisi harga minyak yang fluktuatif dan nilai tukar yang tertekan seperti saat ini, mau tidak mau Pertamina harus melakukan penyesuaian harga Pertamax agar tidak mengalami kerugian,” kata Hamid, Jumat (9/8/2024).

Selain memenuhi amanah pemerintah sebagai BUMN, Hamid mengatakan, kewajiban Pertamina sebagai perusahaan adalah menghasilkan uang dan menjaga stabilitas perekonomian. “Pertamina juga perlu menyelamatkan perusahaannya untuk negara. Kalau (Pertamax) tidak naik, bisa berdampak serius pada keuangan BUMN,” ujarnya.

Hamid mengatakan, penanganan BBM nonsubsidi seperti Pertamax merupakan kewenangan Pertamina, karena Pertamax mengacu pada harga pasar. Dia menegaskan, jika Pertamina terus menekan harga Pertamax, pasti berdampak langsung bagi perseroan.

Karena itulah menurut Hamid, sebaiknya harga BBM Pertamax nonsubsidi dinaikkan sesuai mekanisme pasar. Hamid mengaku yakin, meski Pertamina menaikkan Pertamax, harga yang dipatok sesuai hasil costing akan tetap kompetitif.

“Pertamina tidak mungkin menaikkan harga kalau mau,” ujarnya.

Di sisi lain, Hamid mengatakan Pertamina harus terus meningkatkan sistem pengawasannya untuk mencegah pengguna Pertamax beralih ke Pertalite.

“Nah, kalau mau isi Pertalite bisa dimonitor dengan alat digital. Dari situ bisa diketahui setiap penggunaan Pertalite di setiap mobil. Namun sistemnya harus terus diperbaiki, terus ditingkatkan karena berkaitan dengan dinamika informasi data,” ujarnya.

Sekadar informasi, mulai Maret 2024, harga BBM nonsubsidi Pertamax belum mengalami penyesuaian. Sementara itu, pada awal Agustus 2024, SPBU swasta kembali menaikkan harga bensin serupa.

Dibandingkan harga BBM RON 92 di SPBU lain, Pertamax di DKI Jakarta yang saat ini dijual dengan harga Rp 12.950/liter lebih rendah. Misalnya Revvo 92 dari Vivo dibanderol Rp 14.320/liter dan Super dari Shell Rp 14.520/liter. Dibandingkan BP 92 (BP AKR) yang dijual Rp 13.850/liter, Pertamax juga lebih murah.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D