0 0
Read Time:2 Minute, 23 Second

Jakarta – Selat Muria merupakan hamparan daratan yang pernah memisahkan Laut Jawa dengan Gunung Muria. Gunung ini merupakan stratovolcano yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah.

Dulunya Gunung Muria merupakan sebuah pulau hingga pada abad ke-17, wilayah perairannya berubah menjadi daratan akibat sedimen sungai. Sekarang tanah tersebut menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Grobogan, Pati dan Rembang.

Laporan yang diterbitkan pada tahun 1657 menyatakan bahwa pencemaran influenza di sungai-sungai yang mengalir melalui Terusan Muria menyebabkan penurunan tersebut. Sungai-sungai tersebut dikenal dengan nama Serang, Tuntang dan Lusi.

Saat Jalur Muria masih ada, jalan tersebut sering digunakan sebagai jalur transportasi dan kawasan komersial yang ramai. Selat ini menghubungkan penduduk Jawa zaman dahulu dengan penduduk pulau-pulau lain.

Menurut laporan dari website Kota Demak, bukti adanya Terusan Muria dibuktikan dengan ditemukannya tulang-tulang hewan laut di situs arkeologi Patiyam, Qudus. Selat ini juga menjadikan Demak sebagai kota pelabuhan yang sibuk.

Terdapat juga beberapa pelabuhan kecil di dekat jalur air tersebut, namun karena konflik politik, muatan dari sekitar jalur air Muria dipindahkan ke pelabuhan Sunda Kelapa.

Namun akibat sedimentasi dan erosi, kawasan tersebut berangsur-angsur berubah hingga saat ini.

Dari Merdeka, pada Zaman Es, Gunung Muria bersama bukit-bukit kecil Patiyam terhubung dengan dataran utama Pulau Jawa. Namun, pada periode interglasial, kondisinya justru sebaliknya.

Kenaikan muka air laut berarti dataran Gunung Muria dan Pulau Jawa dipisahkan oleh laut dangkal. Kemudian pada abad ke-17, Pulau Muria dipertemukan kembali dengan Pulau Jawa di Selat Muria.

Diketahui, penyatuan kedua pulau tersebut terjadi akibat gempa bumi dan pengembangan padang rumput di sepanjang pantai utara Jawa. Saat masih berpenduduk, kawasan ini dikenal sebagai koridor komersial dan transportasi yang sibuk.

Awal keberadaan Selat Muria dibuktikan dengan keberadaan situs Medang di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Dalam penggalian yang dilakukan di sini, ditemukan jejak-jejak rumah kuno.

Kemudian ditemukan beberapa benda lain seperti pecahan tanah liat, gerabah, dan hiasan emas. Dari temuan tersebut dapat diduga bahwa situs Medang dulunya merupakan pemukiman kuno di sisi selatan Selat Muria.

Keberadaan perairan Muria juga diperkuat dengan ditemukannya tulang hewan laut di situs Patiyam Kudus. Beberapa hewan laut seperti kerang, hiu, penyu, dan buaya telah ditemukan di kawasan tersebut dan tulang-tulangnya diperkirakan berusia 800.000 tahun.

Menurut Undip, Kanal Muria menjadi sangat dalam setelah abad ke-17 sehingga kapal tidak bisa melewatinya. Meski demikian, perahu kecil tetap bisa melewati Selat Muria dari Demak hingga Yuwana saat musim hujan.

Pada tahun 1996, seorang peneliti bernama Lombard menjelaskan bahwa terdapat air laut dari Saluran Muria yang masih menggenang. Air ini berada di luar pulau Jawa dan dinamakan Bledug Kuwu.

Hilangnya Selat Muria konon menjadi kemunduran bagi kerajaan Demak yang pernah berjaya. Sebab, turunnya kanal membuat Demak yang terletak di tepi Kanal Muria menjadi kota yang terkurung daratan. Jalan panjang Indonesia menuju transisi energi menuju kemandirian energi berbasis sumber daya alam berkelanjutan, mendukung transisi dari sumber fosil ke ramah lingkungan. dianrakyat.co.id.co.id 23 Agustus 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D