dianrakyat.co.id, Jakarta – Investasi reksa dana menjadi pilihan banyak investor, baik pemula maupun berpengalaman. Namun, penting untuk memahami profil risiko sebelum mulai berinvestasi.
Profil risiko memperkirakan seberapa besar risiko yang bersedia diambil investor ketika berinvestasi. Profil ini mencerminkan toleransi risiko dan ekspektasi individu mengenai potensi keuntungan dan potensi kerugian.
“Mengetahui profil risiko sangat penting untuk memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan tujuan investasi, jangka waktu dan toleransi risiko. Memilih produk investasi yang tidak sesuai dengan profil risiko dapat menimbulkan kecemasan dan pengambilan keputusan investasi yang kurang optimal” Pertumbuhan Dana Spesialis PT Indo Premier Securities, Muhammad Arie Fadhllillah dalam keterangan resmi, Kamis (30/05/2024).
Dengan mengidentifikasi jenis profil risiko ini, tambahnya, Anda dapat membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan sesuai dengan kepribadian dan kebutuhan finansial Anda.
“Jadi jangan menganggap enteng langkah ini, karena pemahaman yang baik tentang profil risiko akan membantu Anda merencanakan investasi yang lebih aman dan menguntungkan,” kata Fadhlil.
Lebih lanjut Fadhlil menjelaskan tiga profil risiko yang patut diperhatikan dalam investasi dana. Pertama, profil risiko konservatif Investor dengan profil risiko konservatif sangat berhati-hati dan lebih memilih investasi yang aman dengan risiko rendah. Tujuan utama mereka adalah pelestarian modal.
Sarana reksa dana yang memenuhi syarat adalah reksa dana pasar uang dan reksa dana obligasi yang berinvestasi pada obligasi pemerintah atau obligasi dengan peringkat kredit tinggi.
Investor dengan profil risiko moderat bersedia mengambil risiko lebih besar dibandingkan investor konservatif dengan harapan memperoleh imbal hasil yang lebih baik. Mereka mencari keseimbangan antara risiko dan keuntungan. Sarana dana investasi yang cocok adalah dana campuran yang menggabungkan saham dan obligasi serta dana obligasi yang berinvestasi pada obligasi korporasi. Profil risiko agresif
Investor dengan profil risiko agresif bersedia mengambil risiko besar untuk mendapatkan potensi keuntungan yang besar. Mereka memahami bahwa nilai investasi dapat berfluktuasi secara signifikan, namun fokus pada pertumbuhan modal jangka panjang.
Instrumen reksa dana yang sesuai dengan profil risiko ini adalah reksa dana saham yang berinvestasi pada pasar saham dan industri, atau reksa dana tematik yang fokus pada industri tertentu.
“Dengan mengetahui profil risiko, investor dapat memilih dana investasi yang sesuai dengan toleransi risiko dan tujuan keuangannya, mengelola ekspektasi mengenai fluktuasi nilai investasi, serta mengambil keputusan investasi yang lebih tepat dan bijaksana,” tutupnya.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya menghimpun dana sekitar Rp175 triliun hingga Rp200 triliun dari pasar modal pada tahun pemilu (Pemilu) 2024.
Inarno Djajadi, Direktur Jenderal Pengawasan Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Bursa Batubara OJK, mengatakan pihaknya optimistis pada tahun depan namun akan mengambil sikap konservatif.
“Meski optimis, tapi konservatif. Jadi tentu saja kita melihat IMF dan Bank Dunia yang sedang mengekang pertumbuhan ekonomi global ke bawah,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK pada November 2023, Senin (April). 12 Desember 2023).
Selain itu, ia mengatakan pemerintah Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,2 persen pada tahun 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun ini yang sebesar 5,3 persen.
Oleh karena itu, target kita tahun depan sama dengan tahun lalu (2023), Rp 175-200 triliun, ”ujarnya.
Selain itu, ia menjelaskan pendanaan pasar modal masih tinggi yakni Rp 230,59 triliun dan telah terdaftar 74 emiten baru hingga 30 November 2023. Penggalangan dana mencapai target tahun 2023 pada bulan November.
Sementara itu, masih terdapat 96 perusahaan yang listing dengan perkiraan nilai indikatif Rp 41,11 triliun, dimana 64 perusahaan di antaranya berencana mencatatkan emiten baru.
Di sisi lain, Inarno mengatakan seiring dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia menguat 4,87 persen menjadi 7.080,74 per 30/11/2023 (Oktober 2023: 6.752,21), meski tekanan keluar eksternal sudah mereda, namun omzetnya masih dikatakan dia. melanjutkan. Rp 0,52 triliun (Oktober 2023: output Rp 8,10 triliun). Beberapa sektor yang masih menguat pada IHSG November 2023 antara lain teknologi, infrastruktur, dan keuangan.
“IHSG secara year to date tercatat Rp 13,86 triliun (Oktober 2023: penjualan bersih Rp 13,34 triliun) dengan penjualan bersih dari luar negeri menguat 3,36 persen. Dari sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham” 10 November 2023 54 triliun IDR ytd (Oktober 2023: IDR) 10,48 ytd),” ujarnya.
Sejalan dengan perubahan global, total volume investor asing di pasar SBN per 30 November 2023 sebesar 23,50 triliun mtd (Oktober 2023: outflow 12,62 triliun mtd), sehingga menurunkan imbal hasil SBN rata-rata 35,38 bps mtd. tenor. Secara YTD, pendapatan SBN turun rata-rata 16,21 basis poin sepanjang periode, sedangkan pembelian bersih nonresiden sebesar 71,69 triliun ytd.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 7,34 persen tahun ke tahun menjadi 370,10 pada tanggal 30 November 2023 (Oktober 2023: naik 4,64 persen tahun ke tahun). Aliran dana investor asing yang keluar di pasar obligasi korporasi sebesar Rp 64,72 miliar, dan sejak awal tahun lebih banyak yang keluar sebesar Rp 1,46 triliun.
Pada industri manajemen investasi, nilai aset kelolaan (AUM) per 30.11.2023 sebesar Rp 808,32 triliun, dan nilai aset bersih (NAV) dana investasi sebesar Rp 492,72 triliun atau berkurang 0,39 persen (mtd). Investor reksa dana menarik dana bersih Rp 7,30 triliun (mtd). Secara YTD, NAB turun 2,41 persen, namun masih mencatatkan net order sebesar Rp2,68 triliun.