dianrakyat.co.id, Jakarta – Tradisi pemberian makan siang gratis di sekolah-sekolah di Beijing, China, dikabarkan dipelajari oleh Prabowo Subianto pada Selasa, 2 April 2024. Hal itu dilakukan saat berkunjung ke Negeri Tirai Bambu sebagai Menteri Pertahanan, dilaporkan. Antara, dikutip Jumat. (4/5/2024).
Makan siang gratis di Tiongkok bukanlah program sementara. Menurut Nikkei Asia, segalanya telah berubah sejak tahun 2011, ketika pemerintah negara tersebut meluncurkan program yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dirancang untuk meningkatkan gizi anak di daerah pedesaan terpencil.
Melalui program ini, lebih dari 600 anak di sekolah Longfu dapat menikmati makan siang gratis setiap hari. Dalam 10 tahun program ini, pemerintah pusat telah menghabiskan 147,2 miliar yuan untuk program makanan sekolah, yang mencakup 1.762 kabupaten di 29 provinsi dan 40 juta siswa di pedesaan pada Mei 2020.
“Program ini telah meningkatkan kondisi fisik anak-anak pedesaan secara signifikan,” kata wakil presiden China Development Research Foundation, Lu Mai. Yayasan ini meluncurkan program ini pada tahun 2007 untuk membantu sekolah-sekolah pedesaan meningkatkan gizi siswa, yang menerima dukungan pemerintah pusat dan berkembang menjadi program percontohan pemberian makanan di sekolah sejak tahun 2011.
Di seluruh dunia, program pemberian makanan di sekolah telah diadopsi secara luas oleh pemerintah di berbagai negara sebagai cara untuk meningkatkan kesehatan anak-anak dan mendorong kehadiran di sekolah. Menurut studi Program Pangan Dunia PBB (WFP) pada tahun 2020, lebih dari 150 negara menyediakan berbagai jenis program pemberian makanan di sekolah, dengan pendanaan sebesar 41 hingga 43 miliar dolar AS per tahun.
Lebih dari 90 persen dana makanan sekolah berasal dari pemerintah. “Pemberian makanan di sekolah bersifat transformatif, bagi anak-anak, komunitas, dan negara,” kata Direktur Eksekutif WFP David Beasley pada Februari 2021. “Satu kali makan sehari sering kali menjadi alasan anak-anak yang kelaparan pergi ke sekolah.”
Upaya Tiongkok selama 10 tahun untuk memperluas program makanan sekolah gratis dilaporkan telah menunjukkan hasil yang positif. Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, tinggi rata-rata siswa meningkat sebesar 1,69 cm antara tahun 2012 dan 2019 di wilayah yang termasuk dalam program pemberian makanan di sekolah yang didukung pemerintah. Rata-rata tinggi badan anak laki-laki bertambah 1,54 cm.
Namun, program ini menghadapi tantangan yang berasal dari perubahan kondisi perekonomian dan preferensi masyarakat. Dalam 10 tahun, rata-rata subsidi dari pemerintah pusat yang mendukung program ini meningkat dari tiga yuan per anak per makanan menjadi empat yuan.
Selama ini, harga bahan pangan pokok telah meningkat berkali-kali lipat, sehingga meningkatkan tekanan keuangan pada pemerintah daerah dan sekolah. Sementara itu, kualitas program berbeda-beda di setiap wilayah, bergantung pada implementasi di tingkat lokal, dan tantangan untuk menjadikan program ini berkelanjutan merupakan tantangan lain bagi para pejabat.
“Saya lebih suka makan di sekolah dibandingkan di rumah,” kata Caixin Ajian, siswa kelas lima di Sekolah Longfu. Dengan daging, sayur, dan nasi sepuasnya, makan siang di sekolah telah menjadi bagian penting dalam keseharian Ajian.
Sepuluh tahun lalu, banyak anak seperti Ajian di Du’an yang menderita gizi buruk. Sebuah studi yang dilakukan oleh CDRF menemukan bahwa 12 dari 100 siswa di daerah pedesaan di wilayah tersebut menunjukkan pertumbuhan yang terhambat, yang berarti tinggi badan mereka kurang enam sentimeter dibandingkan teman-teman mereka di daerah perkotaan.
Banyak siswa sekolah yang tidak mengonsumsi vitamin C dalam makanan sehari-harinya. “Banyak siswa yang tidak makan lemak selama seminggu, dan selalu ada siswa yang pingsan karena hipoglikemia,” kata Wei Jun, direktur sebuah sekolah di Du’an.
Meskipun pemerintah Tiongkok telah memberikan subsidi gizi anak senilai miliaran yuan kepada keluarga pedesaan sejak tahun 2008, hanya sedikit dari dana tersebut yang dibelanjakan untuk meningkatkan gizi anak, demikian temuan survei CDRF. Ketika program makanan sekolah di Tiongkok mencapai tujuan utamanya yaitu memberi makan anak-anak pedesaan, program tersebut kini bergerak menuju peningkatan kualitas makanan, kata banyak pakar kesehatan.
“Masalah barunya adalah malnutrisi dan makan berlebihan terjadi secara bersamaan di kalangan pelajar di pedesaan,” kata Zhang Fan, pakar kesehatan masyarakat dari Hainan Medical University. Sebuah studi mengenai program pemberian makanan di sekolah di daerah pedesaan selama lima tahun terakhir menemukan bahwa meskipun program ini telah secara signifikan mengurangi kekurangan gizi, rata-rata pola makan sehat anak-anak masih rendah dibandingkan dengan anak-anak perkotaan yang sering mengalami kekurangan vitamin.
Pada saat yang sama, obesitas meningkat di kalangan anak-anak pedesaan. Sementara itu, Antara memberitakan, baru-baru ini Prabowo melihat sebuah sekolah di China menawarkan makan siang gratis kepada siswanya. Menurutnya, bekal makan siang yang disediakan sekolah bersih dan bergizi.
Menu-menu berbagai makanan sehat tersaji rapi, seperti protein hewani, sayur mayur, dan snack. “Saya sehat sekali,” kata Prabowo saat melihat menu untuk para pelajar.
Tak hanya itu, Prabowo juga berkesempatan melihat beberapa kelas di sana. Prabowo pun menyempatkan diri berbincang dengan beberapa mahasiswa. Di akhir kunjungannya, beliau menyerahkan cenderamata kepada pihak sekolah sebagai wakil presiden. “Reminder. Biar gak lupa sama saya,” kata Prabowo sambil tertawa.