dianrakyat.co.id, Prabowo Subianto, Presiden terpilih Jakarta, mengatakan Indonesia siap mengirimkan pasukan penjaga perdamaian untuk melindungi Jalur Gaza dari serangan Israel.
Hal ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk menjaga perdamaian internasional dan mendukung kebebasan Palestina melalui Jalur Gaza.
Jadi bagaimana kinerja Indonesia di dunia internasional dengan pasukan penjaga perdamaiannya? Berikut rangkuman dianrakyat.co.id, Senin (2/6/2024):
Indonesia merupakan salah satu negara yang menonjol karena kontribusinya dalam operasi penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dari Lebanon hingga Republik Demokratik Kongo dan enam zona konflik lainnya, lebih dari 2.700 tentara Indonesia dikerahkan dalam misi tersebut, menjadikan Indonesia sebagai kekuatan militer terbesar kedelapan di dunia. Sejak tahun 1957, lebih dari 24.000 pasukan penjaga perdamaian Indonesia telah berpartisipasi dalam misi PBB, dan Jakarta baru-baru ini mengumumkan rencana untuk memperluas misi tersebut dalam dua tahun ke depan.
Kehadiran Indonesia melalui pasukan penjaga perdamaian merupakan bagian dari kebijakan netralitas dan kekuatan negara asing untuk memberikan bantuan kepada berbagai pihak yang berkonflik, sehingga kehadiran Indonesia merupakan bagian dari hasil tersebut.
Pada bulan Desember 2023, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengumumkan niat negaranya untuk terus berpartisipasi dalam misi penjaga perdamaian PBB hingga tahun 2025. Indonesia berencana menambah 865 personel TNI dan Polri, dengan 155 perempuan, dalam misi tersebut. Kontingen Garuda
Berdasarkan rencana Prabowo, unit penjaga perdamaian Indonesia, yang dikenal sebagai Kontingen Garuda, telah berpartisipasi dalam 30 misi selama tujuh tahun. Selain di Kongo dan Lebanon, TKI juga pernah bertugas di Republik Afrika Tengah, Mali, Somalia, Sudan Selatan, Sudan, dan Sahara Barat.
Pada bulan Maret 2023, perusahaan Garuda memulai penempatan barunya ke Lebanon dengan mengirimkan 1.090 pekerja dalam empat kelompok sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian PBB.
Sejak tahun 2013, Indonesia telah mengoperasikan pusat misi penjaga perdamaian di Sentul, sekitar 50 kilometer selatan Jakarta.
Pusat ini, yang dibangun dengan dukungan Amerika Serikat, berfungsi sebagai pusat pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi personel penjaga perdamaian PBB.
Pusat ini menampung para pelatih dari negara-negara seperti Jepang dan melatih pekerja dari negara-negara seperti Kamboja dan Mongolia di bawah Program Kemitraan Triangular PBB untuk membangun dan meningkatkan bisnis di wilayah misi.
Partisipasi Indonesia dalam misi PBB tidak hanya menunjukkan dukungan Jakarta terhadap pemeliharaan perdamaian internasional, namun juga merupakan cara untuk memperkuat kerja polisi dan militer negara.
Tim Garuda, yang biasanya dikerahkan dalam waktu dua bulan setelah permintaan PBB, akan melakukan berbagai kegiatan, termasuk kesehatan, bantuan bencana, dan keselamatan perempuan.
Kerjasama dengan PBB dan angkatan bersenjata lainnya akan memberikan manfaat yang besar bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Teuku Rezasiah, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Pajajaran Indonesia, mengatakan kerjasama ini akan memungkinkan terjadinya pertukaran informasi dan pengetahuan.
Secara keseluruhan, kontribusi Indonesia terhadap misi pemeliharaan perdamaian PBB menunjukkan komitmen negara tersebut terhadap stabilitas dan keamanan internasional. Dengan menambah jumlah personel dan memperkuat pusat pelatihan, Indonesia terus berperan penting dalam operasi penjaga perdamaian internasional di berbagai belahan dunia.