0 0
Read Time:2 Minute, 28 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Selain penyakit jantung koroner, penyebab kematian utama di Indonesia adalah penyakit jantung, yaitu gangguan irama jantung (aritmia).

Aritmia yang paling sering terjadi di masyarakat adalah fibrilasi atrium (AF). Diperkirakan jumlah penderita FA di Indonesia mencapai lebih dari tiga juta orang.

Apa itu fibrilasi atrium?

Fibrilasi atrium adalah suatu kondisi di mana atrium jantung berdetak terlalu cepat dan tidak teratur, kata konsultan spesialis jantung dan pembuluh darah Sunu Budhi Raharjo.

Dalam kondisi normal, jantung berdetak 60-100 kali per menit saat kita sedang bersantai. Namun, pada penderita AF, atriumnya bisa berdetak lebih dari 400 denyut per menit.

Menurut Sunu, kondisi ini meningkatkan risiko penggumpalan darah dan gagal jantung.

Gumpalan darah yang terbentuk bisa menyebabkan stroke, jelas dokter yang bekerja di rumah sakit kardiovaskular di Jakarta itu dalam keterangannya, Kamis, 2 Januari 2025. 

Risiko stroke pada penderita AF 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa AF.

Selain itu, detak jantung yang cepat dan tidak teratur meningkatkan risiko gagal jantung dan tentu saja meningkatkan angka kematian pasien AF.

 

Pada penderita fibrilasi atrium, dokter memberikan terapi obat (pengobatan) dan menyarankan pasien untuk mengendalikan faktor risiko.

Jika pengobatan tidak memberikan efek positif pada pasien, maka diperlukan ablasi kateter.

Ablasi Kateter adalah prosedur non-bedah, minimal invasif, menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam vena femoralis dan dimasukkan ke dalam jantung untuk mencari dan mematikan sumber aritmia, kata Sunu.

Ablasi kateter dilakukan untuk mencegah penurunan fungsi pompa jantung (gagal jantung), mengurangi risiko stroke, dan memperpanjang umur pasien.

Sunu menjelaskan, secara umum prosedur ablasi kateter dapat dilakukan dengan menggunakan ablasi termal dan non termal.

Ablasi termal dapat menggunakan energi frekuensi radio, yaitu energi panas untuk menimbulkan lesi, atau krioenergi, yang menggunakan energi dingin untuk membekukan jaringan.

Sedangkan teknologi ablasi non-termal yang banyak digunakan di seluruh dunia adalah pulsed field ablation (PFA).

Sunu menjelaskan, teknologi PFA bekerja melalui proses elektroporasi, yaitu transmisi gelombang listrik pendek yang membuka pori-pori pada membran sel sehingga jaringan target dapat dimusnahkan dengan aman tanpa mempengaruhi jaringan lain.

Sifat terapi PFA yang selektif berarti prosedur ablasi lebih cepat, efisien, dan aman bagi pasien.

 

Pada tanggal 28 Desember 2024, Rumah Sakit Jantung Kardiovaskular menggunakan teknologi pulsed field ablation (PFA) untuk menangani fibrilasi atrium. Hal ini menandai Rumah Sakit Kardiovaskular Heartologi sebagai rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi pulsed field ablation (PFA).

Prosedur PFA dilakukan pada pasien berusia 65 tahun asal Sumatera Barat dengan FA. Pasien mengeluh jantung berdebar, rasa tidak nyaman di dada, dan mudah lelah. Pasien telah menerima pengobatan AF di rumah selama beberapa tahun, namun tidak sembuh. Akhirnya, dia dipindahkan ke rumah sakit kardiovaskular.

“Sebagai rumah sakit yang fokus pada penanganan penyakit kardiovaskular, kami tetap berkomitmen untuk memberikan teknologi terbaik bagi pasien. Pulsed field ablation (PFA) adalah game changer dalam pengobatan fibrilasi atrium,” kata Sunu. 

“Teknologi ini membawa standar baru dalam efisiensi pengobatan, namun juga mengedepankan kenyamanan dan keamanan pasien sebagai prioritas utama. Dengan teknologi ini, kami berupaya memberikan pengalaman pengobatan yang lebih baik bagi seluruh pasien,” lanjut Sunu.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D