0 0
Read Time:3 Minute, 29 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia) menggelar ATVSI Business Forum 2024 pada Selasa (30/7/2024) di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta. Kali ini topik yang dibahas adalah 5G Broadcasting: Tantangan dan Peluang.

Wakil Ketua Umum 1 ATVSI Taufan Eko Nugroho mengatakan topik tersebut dipilih karena teknologi merupakan salah satu aspek perkembangan industri penyiaran yang paling dinamis. Oleh karena itu, topik ini dipilih untuk mulai fokus pada pemangku kepentingan di industri penyiaran.

Forum tersebut juga membahas potensi, termasuk tantangan, penyiaran berbasis 5G. Selain anggota ATVSI, forum ini juga mengikutsertakan sejumlah pemangku kepentingan industri penyiaran seperti DPR hingga Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

“Kami berharap melalui ATVIS Business Forum 2024, para pengambil keputusan seperti DPR, Kementerian Komunikasi dan Informatika, KPI, serta regulator eksekutif yaitu industri penyiaran dapat memperoleh berita terkini mengenai perkembangan teknologi penyiaran 5G. Taufan menjelaskan.

Meutya Hafid, Ketua Komisi I DPR, juga turut serta dalam forum tersebut. Menurutnya, penyiaran 5G tidak diragukan lagi berpotensi menjawab tantangan persaingan yang saat ini dihadapi para pelaku penyiaran, khususnya internet streaming.

“Tapi di saat yang sama, tantangannya tentu besar sekali. Dan salah satu kuncinya adalah regulasi. Jadi mudah atau tidaknya tantangan itu tergantung kerangka regulasinya,” ujarnya.

Menurut Meutia, transmisi 5G menawarkan sejumlah keunggulan, seperti pengalaman pengguna yang interaktif, distribusi konten yang efisien, dan penyesuaian konten.

Ia juga menyoroti potensi demokratisasi melalui penggunaan penyiaran berbasis 5G.

“Pertama karena interaktif. Demokrasi tidak bisa satu arah. Jadi kalau kita bandingkan dengan televisi analog sebelumnya, jauh dari ruang khusus diskusi demokrasi,” ujarnya.

Selain itu, teknologi ini memungkinkan pengembangan konten baru yang berkualitas tinggi dan interaktif. Oleh karena itu, para pelaku industri juga harus menggaet banyak kreator yang mampu memberikan konten yang beragam, bagus, mencerahkan, dan kreatif.

“Dan yang paling penting kita bicara ekosistem. Ekosistem itu hukum, teknologi, industri, model bisnis, bagaimana menciptakan ekosistem baru,” kata Meutya.

Pengembangan teknologi transmisi 5G

Nils Ahrens, direktur regional penyiaran dan media APAC, Rohde & Schwarz, yang menghadiri acara tersebut mengatakan bahwa siaran 5G adalah cara baru untuk mendistribusikan konten.

Pasalnya, teknologi ini menawarkan efisiensi yang lebih baik dibandingkan teknologi transmisi sebelumnya. Selain itu, konten yang dihasilkan lebih fleksibel dan membuka kemungkinan-kemungkinan baru karena dapat didistribusikan ke perangkat seluler dan smart TV.

Sebagai referensi, transmisi 5G sendiri merupakan standar multicast yang merupakan bagian dari spesifikasi 3GPP. Teknologi ini memungkinkan penyedia untuk melakukan streaming konten langsung ke banyak perangkat secara bersamaan, bahkan perangkat seluler tanpa kartu SIM dan akses Internet.

Meski memiliki potensi besar, menurut Niles, teknologinya sendiri masih dalam tahap percobaan. Salah satunya dihadirkan pada ajang MWC 2022 di Barcelona melalui kolaborasi Rohde & Schwarz dan Qualcomm.

Baru-baru ini, hasil kompetisi tersebut diperlihatkan di Olimpiade Paris 2024. Pada acara itu, Xiaomi melakukan uji transmisi berbasis 5G menggunakan prototipenya.

Namun transmisi 5G bukan berarti menggantikan layanan OTT, melainkan melengkapinya, kata Niels. Saat ini, uji coba siaran 5G dilakukan sambil menunggu kematangan ekosistem pendukung yang sebenarnya, seperti ketersediaan perangkat pendukung.

Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memberikan jawaban yang jelas terhadap adanya transmisi 5G. Meski demikian, saat ditemui dalam acara tersebut, Manajer Komunikasi dan Informasi Penyiaran Geryantika Kurnia mengatakan, tidak perlu terburu-buru untuk menerapkan teknologi tersebut di Indonesia.

Terlepas dari transisi ke TV digital yang terjadi belakangan ini, kata dia, Cominfo akan menunggu hingga ekosistemnya benar-benar matang.

“Khawatirnya kita hanya dijadikan bahan ujian oleh pemasok, bagi kita lebih baik melihat keberhasilan di negara lain dulu. Nanti kalau ada yang berhasil dan masyarakat menerima, kita siap menerimanya.” katanya.

Meski belum berencana menggunakan teknologi tersebut di Indonesia, Geryantika mengatakan ada hal menarik yang bisa dilakukan terkait penerapan penyiaran 5G. Ia menyinggung soal perangkat yang digunakan untuk pengujian di Olimpiade Paris 2024.

Menurutnya, perangkat tersebut sedang diuji di segmen menengah ke bawah sehingga harganya kemungkinan akan lebih murah. Jadi pemerintah membiarkan masyarakat memutuskan sendiri kapan, misalnya, mereka akan beralih dari 4G ke 5G.

Ia juga berharap teknologi tersebut dapat membantu para pelaku industri penyiaran Tanah Air.

“Tidak ada masalah (penularan 5G) karena kita punya media baru melalui OTT atau streaming dan teman-teman kita yang mengudara mulai membuat iklan sendiri, tayang di sana (media baru). Nah, kalau itu terjadi, akan ada perkembangan baru. .Dalam siaran 5G, penontonnya akan berbeda dari sebelumnya. Bisa kembali ke posisi semula, ujarnya mengakhiri pembicaraan.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D