dianrakyat.co.id, Jakarta – Serangan panik bisa menyakitkan secara fisik dan terasa menakutkan. Gejala biasanya mereda dalam beberapa menit atau jam. Namun banyak orang yang salah kaprah menyebutnya sebagai serangan kecemasan dan sebaliknya.
Perlu diketahui bahwa ada perbedaan antara kedua istilah tersebut. Serangan panik adalah istilah medis resmi untuk gejala fisik yang tiba-tiba dan intens. Gejalanya bisa berupa detak jantung yang cepat, sesak napas, pusing, dan rasa takut yang ekstrem.
Di sisi lain, serangan kecemasan tidak memiliki definisi medis yang spesifik. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perasaan cemas atau khawatir berlebihan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Memahami perbedaan antara serangan panik dan kecemasan sangatlah penting. Ini dapat membantu Anda mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Serangan Panik VS Serangan Kecemasan
Istilah “serangan kecemasan” tidak ada dalam “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM)” yang merupakan panduan diagnosis gangguan jiwa bagi dokter. Psikolog tidak memiliki definisi umum tentang istilah ini.
Ini berarti bahwa “serangan kecemasan” dapat memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda.
Medical News, menurut Lily Brown, PhD, direktur riset Center for the Treatment and Study of Anxiety, University of Pennsylvania, Amerika Serikat, beberapa orang mungkin mengartikan “serangan panik” dan “serangan kecemasan”.
Sementara itu, Russell Hunter, PsyD, psikolog klinis dan penulis Panic Attacks: The Power of Calming, menawarkan definisi berbeda. Menurutnya, “serangan kecemasan” mengacu pada perasaan cemas yang tidak mencapai tingkat panik.
Orang dengan serangan kecemasan mungkin tidak merasakan ketakutan atau keputusasaan yang hebat seperti serangan panik, namun mereka mungkin merasa gemetar atau gugup.
Serangan panik adalah keadaan ketakutan atau kecemasan yang tiba-tiba disertai gejala fisik yang parah. Peristiwa ini dikenal sebagai bagian dari gangguan panik.
Serangan panik bisa terjadi tanpa pemicu yang jelas dan bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam. Frekuensi serangan panik bervariasi, bisa terjadi secara teratur atau sesekali.
Menurut Dr. Brown, ada perbedaan antara kecemasan dan ketakutan yang diakibatkan oleh serangan panik.
Yang dimaksud dengan “kecemasan antisipatif” adalah kekhawatiran terhadap kemungkinan mengalami serangan panik di kemudian hari. “Emosi yang kita rasakan saat mengalami serangan panik adalah kita memikirkan rasa takut,” kata Dr. Brown.
Biasanya serangan panik bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti stres, situasi tertentu, atau bahkan pikiran tertentu.
Meskipun istilah “serangan kecemasan” tidak memiliki definisi medis resmi, periode kecemasan yang intens dapat disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Terkadang, kekhawatiran berlebihan terhadap hal yang belum terjadi bisa menjadi gejala gangguan kecemasan umum (GAD).
GAD didefinisikan sebagai kekhawatiran dan kecemasan berlebihan dengan gejala yang muncul hampir setiap saat dan berlangsung selama lebih dari enam bulan. Penderita GAD sering kali mengalami rasa gugup, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, dan sulit tidur.
Menurut Dr. Brown, pengidap GAD akan merasakan kecemasan yang tak tertahankan. “Mereka mungkin berkata, ‘Setiap kali anak saya meninggalkan rumah, saya harus memintanya menelepon saya setiap setengah jam untuk memastikan dia baik-baik saja, dan jika tidak, saya menjadi sangat khawatir dan mulai menelepon terus-menerus., bahkan memanggil pihak berwenang,” kata Brown.
Tingkat kecemasan yang berlebihan ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kecemasan yang hebat. Jika Anda sering mengalami kecemasan atau kekhawatiran berlebihan, penting untuk mencari bantuan profesional.
Gejala Serangan Panik: Merasa tidak bisa mengendalikan tubuh. Mati rasa atau mati rasa pada lengan, tungkai, tangan, atau kaki. Nyeri dada atau ketidaknyamanan. Merasa dingin atau panas. Pusing atau lemas, perasaan tercekik. Mual. Perasaan nyata atau seperti mimpi. Gemetaran
Gejala Serangan Kecemasan: Kesulitan berkonsentrasi. Kelelahan Merasakan nyeri pada beberapa bagian tubuh seperti sakit kepala, sakit perut, atau nyeri yang tidak diketahui penyebabnya. Ketegangan otot Kesulitan tidur atau tertidur, tetap tertidur, atau mendapatkan tidur yang berkualitas. Masalah dalam mengendalikan kecemasan. Merasa gelisah saat bangun tidur. Ketidaknyamanan perut.
Gejala Umum: Sesak napas. Detak jantung atau berpacu. Berkeringat.
Penyebab pasti serangan panik dan kecemasan masih belum diketahui. Namun, para ahli meyakini bahwa berbagai faktor, seperti genetika, stres, biologi otak, dan lingkungan seseorang, dapat berperan dalam perkembangannya.
Di sisi lain, faktor risiko serangan panik dan kecemasan bisa berbeda-beda, namun beberapa faktor umum yang teridentifikasi antara lain: Kondisi kesehatan fisik: Riwayat detak jantung tidak teratur atau masalah pada kelenjar tiroid dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami panik atau kecemasan. . Riwayat keluarga: Memiliki riwayat keluarga yang mengalami kecemasan atau gangguan kesehatan mental lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi yang sama. Peristiwa traumatis: Paparan peristiwa traumatis, baik pada masa kanak-kanak maupun remaja, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami serangan panik atau kecemasan. Stres: Stres kronis atau parah dapat memicu serangan panik atau kecemasan pada orang yang rentan. Lingkungan: Faktor lingkungan seperti paparan kekerasan atau pelecehan, atau tinggal di lingkungan yang penuh tekanan, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami stres.
Penting untuk diingat bahwa memiliki satu atau beberapa faktor risiko tersebut bukan berarti seseorang pasti akan mengalami kepanikan atau kecemasan. Namun, memahami faktor-faktor risiko ini dapat membantu orang lebih memahami kondisi mereka dan mencari bantuan yang tepat.
Ada banyak pilihan pengobatan kombinasi untuk kecemasan dan serangan panik. Berikut beberapa diantaranya : 1. Psikoterapi
Psikoterapi, atau terapi bicara, adalah suatu bentuk terapi yang membantu orang mengidentifikasi dan mengubah pikiran, perasaan, dan tindakan yang menyebabkan mereka khawatir. Beberapa jenis terapi bicara yang membantu mengatasi kecemasan dan serangan panik adalah: Terapi Perilaku Kognitif (CBT): CBT membantu orang mengidentifikasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih rasional. Terapi Penerimaan dan Komitmen (ACT): ACT membantu orang untuk menerima pikiran dan perasaan mereka, dan fokus pada tindakan yang sejalan dengan nilai-nilai mereka. 2. Obat-obatan
Berbagai macam obat dapat membantu mengatasi serangan panik dan kecemasan, termasuk: Obat penenang: Obat-obatan ini dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan serangan panik dalam jangka pendek. Antidepresan: Obat ini dapat membantu meningkatkan kadar serotonin dan norepinefrin di otak, sehingga dapat membantu mengurangi gejala kecemasan. Beta-blocker: Obat ini dapat membantu mengurangi gejala fisik stres, seperti jantung berdebar kencang dan gemetar.
Selain mencari bantuan profesional, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan di rumah untuk membantu mengatasi kecemasan dan serangan panik: 1. Olahraga dan istirahat
Lakukan yoga, tai chi dan qigong yang terbukti efektif mengurangi stres dan kecemasan, rutin berolahraga, dan tidur cukup berkualitas untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik. 2. Dukungan dan kebiasaan sehat
Bergabunglah dengan kelompok pendukung untuk bertemu orang lain yang memahami apa yang Anda alami dan berbagi tips, makan secara teratur untuk menstabilkan kadar gula darah dan mencegah rasa lapar dan membatasi atau menghindari penggunaan kafein, stimulan lain, dan beberapa obat flu dapat memperburuk kecemasan. 3. Teknik Manajemen Stres
Cobalah teknik manajemen stres seperti meditasi dan kewaspadaan untuk membantu Anda mengendalikan pikiran dan emosi, serta melatih kesadaran diri untuk mengidentifikasi pemicu stres dan belajar bagaimana merespons dengan tenang.