0 0
Read Time:2 Minute, 0 Second

GORONTALO – Penghuni dunia digital semakin gaduh. Data We Are Social menunjukkan, dari 278 juta penduduk Indonesia, lebih dari 73,6 persennya terhubung dengan Internet.

Mereka yang memanfaatkannya dengan baik akan menjadi individu digital yang berkembang dengan mudah dan cepat. Dunia pendidikan juga terkena dampaknya, setidaknya pembelajaran menjadi lebih menarik, lengkap dan menantang.

“Tetapi ada juga risiko buruknya, yaitu jika Anda tidak berhati-hati, siswa dan guru dapat dengan mudah terkena penipuan, berita palsu, intimidasi, dan bahkan ujaran kebencian yang membuat marah teman-temannya.” Hal ini memerlukan keterampilan, kecerdasan dan kebijaksanaan untuk memberantasnya dalam kelas online yang tersebar di beberapa sekolah. Intinya siswa harus selalu beretika ketika belajar di kelas daring, kata Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gorontalo Pak Ladji pada webinar literasi digital. di Boalem. Bupati, Rabu (5/6/2024).

Webinar segmen pendidikan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo dengan topik “Etika Pelajar di Dunia Digital”,

Diskusi virtual tersebut dihadiri oleh ratusan siswa dan guru di beberapa sekolah yang membentuk kelompok nonton bareng (nobar) di lingkungan sekolah. Tidak hanya di Kab. Boalemo, namun juga di dua kabupaten sekitarnya: Kab. Apresiasi dan Kab. Tulang Bolango.

Sekolah yang menjadi tuan rumah webinar antara lain: SMAN 1 Boalemo, SMAN 1 Bone, SMAN Bone Pantai, SMAN 1 Paguiaman, SMAN Bontulia, SMAN 2 dan SMAN 3 Marisa, SMAN 1 Dulupi, SMAN 1 Tapa Gorontalo, SMAN 1 Suvama dan SMAN 1 Randan.

Seperti yang dikatakan Ladzi, kunci untuk menghindari dampak negatif pembelajaran di ruang online adalah: menasihati siswa dalam mengakses internet. Siswa diharapkan cerdas dan bijak dalam memilih informasi, serta memverifikasi akun yang diaksesnya untuk mendukung pembelajaran . Selain itu, siswa hendaknya memanfaatkan akses internet untuk menunjang pembelajaran. Bukan sebaliknya, anak-anak rentan terhadap risiko perundungan dan penipuan.

“Kemudian manfaatkan aplikasi digital untuk menghilangkan penipuan. Ajari siswa untuk selalu berbicara sopan saat berada di ruang digital agar tidak mudah ditertawakan. “Kemudian, mengajak siswa untuk membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif dan menjadi wahana kompetisi positif di kelas,” ujarnya.

Menanggapi pertanyaan Tamrin, siswa SMAN 1 Bona, tentang langkah yang harus dilakukan agar tidak menjadi konsumen penipuan, Anggota Kajian MPR RI Nuzran Joher menyebutkan pentingnya siswa meningkatkan kompetensinya dalam mengakses berbagai konten dan link. Jika ada berita dan informasi yang meragukan, pengguna media sosial, termasuk pelajar, tidak boleh langsung mengklik begitu saja. Simaklah dan ajaklah guru atau teman sekelasmu untuk mendiskusikannya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D