Ahli akupunktur di Jakarta, Neojata Moktar mengatakan, ibu menyusui bisa mendapatkan manfaat dari akupunktur. Banyak titik akupunktur ilmiah yang berperan penting dalam merangsang hormon prolaktin dan oksitosin, yang berperan langsung dalam produksi dan pelepasan ASI.
Akupunktur ilmiah menjadi pilihan karena aman dan dapat dilakukan oleh semua usia. Namun, ibu dengan kondisi tertentu seperti infeksi di sekitar payudara tidak dapat menerima pengobatan ini.
“Pada kondisi tertentu, seperti ibu menyusui yang mengalami infeksi serius, kanker atau tumor di sekitar payudara, kondisi tersebut sebaiknya dihindari,” kata Newanda.
Mengingat akupunktur tidak menggunakan pengobatan lain, maka pengobatan dapat tetap dilakukan pada titik lain yang dapat meningkatkan produksi ASI.
Selain itu, akupunktur ilmiah biasanya tidak menimbulkan efek samping. Ibu menyusui yang menginginkan akupunktur ilmiah juga tidak perlu mempersiapkan apa pun terlebih dahulu, sehingga pengobatan ini tidak hanya aman tetapi juga mudah dilakukan.
“Akupunktur ilmiah sangat efektif dalam mempengaruhi produksi, sekresi dan sekresi. Jadi kami berharap tidak hanya menghasilkan tetapi juga mengeluarkannya dengan lancar sehingga tidak membengkak atau sakit.”
.
Perawatan ini dapat dilakukan satu kali dalam 24 jam setelah ibu melahirkan. Dokter akan memantau kemajuan pengobatan selama 5 hingga 7 hari.
Jika jumlah ASI sudah mencukupi, kata dokter yang mengoleskannya setiap hari di RS Pindok Indah Bintaro Jaya, maka pengobatan sudah selesai dan ibu tidak perlu melakukannya lagi.
Sementara itu, New Dane juga mencatat bahwa dukungan suaminya berperan penting dalam memperlancar proses menyusui. Salah satu tugas suami adalah memijat istrinya.
“Pemijatan yang dilakukan suami terbukti secara klinis dapat meningkatkan kadar endorfin dan oksitosin pada istri. Kedua hormon tersebut dapat membuat ibu menyusui merasa lebih bahagia dan dicintai,” sehingga dapat meningkatkan produksi ASI.