0 0
Read Time:2 Minute, 29 Second

dianrakyat.co.id, Purbalingga – Catur Pratama (33) memulai usahanya pada tahun 2017 dan menjadi hits karena jajanan yang berbahan dasar tepung beras.

Kini dengan bahan baku 800 kg per bulan di Catur, pemuda asal Desa Majapura RT 01 RW 04 Kecamatan Bobotsari ini menjual produk beras ketan manco merek Putkinas dengan harga Rp 50 ribu per kg.

Dengan jiwa wirausaha yang bermanfaat bagi masyarakat, Catur kini telah memasarkan produknya di minimarket dan pasar di Purbalingga, Banjarnegara, dan Wonosob. Peralatan sederhana yang dimilikinya di rumah kini menjadi rezeki untuk terus mendapatkan penghasilan dari jajanan bertabur wijen tersebut.

“Kami berharap memiliki peralatan produksi yang modern untuk mendukung produksi yang lebih banyak,” katanya seperti dikutip dari keterangan tertulis Kominfo Purbalingga.

Catur juga terbantu dengan pelatihan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga. Selain itu, UMKM yang terdaftar di Dinkopukm Purbalingga juga mendapat manfaat dari pemerintah Kabupaten Purbalingga ketika mendapatkan legitimasi usahanya.

“Terima kasih banyak atas bantuannya terutama dalam hal legalitas dan pelatihan kewirausahaan,” ujarnya.

 Lihat video unggulan ini:

Manco merupakan kue kering berlapis wijen khas Purbalingga. Kalau dimakan rasanya renyah, tapi juga legal. Berikut informasi yang perlu Anda ketahui dari Manco:

Manco di Purbalingga terbagi menjadi dua jenis, yaitu yang berbahan dasar tepung ketan dan yang berbahan dasar tepung tapioka. Karena bahan dasarnya lebih mahal, Manco yang dibuat dari tepung ketan juga harganya hampir dua kali lipat dibandingkan Manco yang dibuat dari tepung tapioka. Dan untuk rasanya tentu juga berbeda. Ungkapan masyarakat Purbalingga adalah: rega ngawa yang jelas, harganya mahal, biasanya kualitasnya lebih bagus.

Sudarsono (39) beralamat Jl AW Soemarmo Rt 03 Rw 02 Kembaran Kulon merupakan salah satu produsen Manco yang cukup konsisten di Purbalinggi. Darsono menuturkan, dirinya merupakan generasi kedua dalam bisnis yang dibangun ayahnya Sumarjo (64).

“Ayah saya sudah membuat manzo sejak kecil, sekitar 40 tahun lalu. “Setelah usaha ini berkembang dan ia merasa ingin istirahat, ia mewariskannya kepada keenam anaknya, salah satunya adalah saya,” jelas anak kedua Sumarjo itu.

Bahan pembuatan manca hanya ada tiga jenis, yaitu tepung terigu (beras tapioka/kelsug), gula pasir, dan wijen. Namun untuk wijen, Darsono masih harus mendatangkannya terpisah dari Makasar.

Menurut Darsono, usahanya yang kini dibantu adik perempuannya Siti Maesaroh, 32, terus mengalir seperti air. Jangan pernah mengalami ruang hampa. Bahkan pada waktu-waktu tertentu seperti Idul Fitri, musim perayaan dan sebagainya, trafik langsung meningkat secara signifikan.  Kalau di hari biasa menghasilkan manca hingga 200 kg, di peak season bisa lebih dari 500 kg per hari.

Selain memasarkan ke pasar lokal, Manco Darsono yang menggunakan merek Nona Carmel juga telah menggemparkan di beberapa kota seperti Pekalongan, Pemalang, Tegal, Banjarnegara, dan Purwokerto. Kebanyakan pelanggan yang datang ke Darsono membeli dalam jumlah besar atau borongan.

“Tapi kami juga melayani ritel,” jelasnya.

Untuk pemesanan dalam jumlah besar harap menghubungi 891995 terlebih dahulu. Jika stok ada, bisa langsung ambil dan bayar. Namun jika stoknya habis, pemesan sudah mengetahui kapan akan menerima manco yang dipesannya.

Selain menjual produk manco sendiri, Darsono juga menjual makanan ringan lainnya seperti makaroni, kentang, dan keripik jagung di toko kecilnya. Bagaimana? Siap berbelanja?

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D