dianrakyat.co.id, Jakarta Bibir sumbing merupakan kondisi umum pada bayi, dimana terdapat jaringan yang terletak di persimpangan gusi dan bagian dalam bibir. Kondisi ini bisa membuat bayi kesulitan menyusu atau minum susu dari botol. Bibir sumbing biasanya terjadi akibat pertumbuhan jaringan abnormal di area tersebut.
Ciri-ciri ligamen labial pada bayi dapat dilihat dari bentuk bibirnya. Jika bibir bayi tampak tertutup dan tidak dapat terangkat dengan baik, kemungkinan besar bayi mengalami bibir sumbing. Selain itu, bayi dengan bibir sumbing biasanya kesulitan menutup bibir saat hendak menyusu atau minum susu.
Jika pengikatan labia tidak ditangani, bayi dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan berat badan, bayi rewel karena tidak puas setelah menyusu atau minum susu, dan risiko infeksi pada puting susu ibu saat menyusui.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi bibir sumbing pada bayi. Salah satu caranya adalah dengan memotong jaringan yang terlalu panjang atau mengurangi tekanan yang ditimbulkan oleh ligamen labial. Berikut penyebab bibir tertutup seperti dirangkum dianrakyat.co.id dari berbagai sumber, Senin (4/3/2024).
Ligamen labial atau apendiks labial didefinisikan sebagai adanya jaringan ikat yang disebut frenum atau frenum yang menghubungkan gusi atas dengan bibir atas. Frenum ini merupakan bagian normal yang dapat terdapat pada mulut siapa pun. Klasifikasi ligamen labial dapat berbeda-beda tergantung derajat penutupan yang terjadi.
Remnya bisa dipasang di bawah, memanjang dari bagian atas rahang (jaw) hingga ke langit-langit. Meskipun perubahan anatomi ini mungkin masih dianggap normal, evaluasi awal harus fokus pada fungsi dan apakah kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan bayi untuk menyusui.
Sejauh ini, belum ada bukti yang meyakinkan mengenai pengaruh lip tie terhadap kemampuan bayi dalam menyusui. Bibir sumbing yang kaku mungkin menghalangi pergerakan bibir atas saat bayi menyusu, namun perlekatan dan posisi lidah yang tepat berdampak lebih besar pada kemampuan bayi dalam menyusu dan mengosongkan payudara.
Bibir berperan penting dalam menciptakan segel di sekitar puting susu, agar udara tidak masuk dan menyebabkan bayi kembung (aerophagia). Untuk membuat segel ini, bibir atas harus netral atau sedikit melengkung, dan bibir bawah harus melengkung ke luar.
Perlu dicatat bahwa jika bayi menyusu dengan kedua bibir melengkung ke luar, ini mungkin merupakan kompensasi atas pelekatan yang lemah. Perlu diketahui bahwa tidak semua bayi yang mengalami kesulitan menyusu mempunyai pengikat bibir, dan pemotongan pengikat bibir tidak selalu menjamin membaiknya keluhan menyusui.
Beberapa gejala penyertanya antara lain bokong tampak lebih tebal dan kurang lentur, bayi rewel saat menyusu, terdengar suara gemericik saat menyusu, penambahan berat badan tidak mencukupi, dan sulit melakukan pelekatan.
Meski beberapa kondisi seperti Sindrom Kindler, Sindrom Opitz, dan Sindrom Van der Woude diketahui berhubungan dengan adanya bibir sumbing pada lidah dan bibir, namun penyebab bibir sumbing masih menjadi misteri hingga saat ini.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik atau keturunan juga dapat berperan dalam terbentuknya ikatan bibir. Sejumlah ahli juga menemukan kasus bayi bibir sumbing akibat ibu yang mengonsumsi kokain saat hamil.
Berbicara mengenai ciri-ciri lip tie pada bayi dan balita, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai para orang tua. Pertama-tama, perhatikan kualitas pelekatan saat bayi menyusu. Jika Anda mendengar bunyi “klik” saat bayi Anda menyusu, ini mungkin merupakan indikasi bahwa bayi Anda mengalami kesulitan dalam menyusu, yang dapat menyebabkan hilangnya puting susu secara terus-menerus.
Perhatikan juga pertumbuhan dan perkembangan bayi Anda. Pertambahan berat badan yang lambat dan buruk mungkin merupakan tanda bibir sumbing. Menyusui dalam waktu lama dan seringnya keluarnya ASI dari mulut bayi juga bisa menjadi tandanya. Beberapa bayi dengan bibir sumbing mungkin mengalami refluks dan mudah tersinggung, yang dapat memengaruhi kenyamanan dan kebahagiaannya.
Meskipun ciri-ciri ini dapat memberikan petunjuk, penting untuk diingat bahwa tidak semua bayi dengan bibir sumbing akan mengalami gejala yang sama. Namun, konsultasi dengan dokter anak atau spesialis laktasi dapat membantu orang tua mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai kondisinya dan menentukan langkah yang tepat untuk perawatan dan pengobatan yang tepat.
Sejauh ini, hanya ada sedikit bukti yang mendukung pemotongan ligamen labial. Hal ini karena frenulum bibir memiliki lebih banyak pembuluh darah dibandingkan frenulum lidah. Selain itu, tingkat pemasangan kembali frenulum bibir yang lebih besar dapat dilakukan setelah eksisi, terutama karena pergerakan bibir relatif sedikit dibandingkan dengan lidah.
Namun perlu diperhatikan bahwa seiring tumbuh dan berkembangnya Si Kecil, ukuran rahang atasnya juga akan semakin besar. Artinya, frenulum yang semula menempel pada rahang atas bagian bawah akan mengalami ketegangan alami seiring pertumbuhannya sehingga tidak mengganggu pertumbuhan gigi seri atas.
Jika orang tua mengkhawatirkan risiko diastema atau jarak antara dua gigi seri atas saat anak mencapai usia 11-12 tahun, maka pemotongan ligamen labial yang disebut frenotomi harus dipertimbangkan. masa dimana gigi menjadi gigi permanen.
Dalam konteks ini, keputusan untuk melakukan frenotomi harus didasarkan pada pertimbangan medis yang cermat dan konsultasi dengan dokter anak atau ortodontis. Memperhatikan perkembangan gigi si kecil dan mempertimbangkan risiko serta manfaat dari tindakan ini dapat membantu Anda membuat keputusan yang tepat untuk kesejahteraan jangka panjang anak Anda. Perlu selalu dipahami bahwa setiap prosedur medis, termasuk frenotomi, harus dipertimbangkan secara matang dan didasarkan pada kebutuhan spesifik setiap kasus.