0 0
Read Time:3 Minute, 53 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Pada Selasa, 11 Juni 2024, seorang bayi berusia hampir tiga bulan berinisial MKA meninggal dunia usai divaksinasi di Sukabumi, Jawa Barat.

Laporan kejadian buruk pasca imunisasi (KIPI) juga telah dikirimkan ke Kementerian Kesehatan RI. 

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI, bocah lelaki tersebut meninggal beberapa jam setelah menerima vaksinasi empat jenis vaksin, yakni vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG) untuk melawan tuberkulosis (TB), difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B. Haemophilus influenzae tipe B (DPT-HB-Hib), obat tetes polio dan rotavirus untuk mencegah diare.

Vaksinasi ini merupakan vaksinasi ganda atau pemberian beberapa vaksin dalam satu kali kunjungan.

Hasil pemeriksaan Komite Daerah (Komda) KIPI Jawa Barat dan Satgas KIPI Kota Sukabumi bersama Dinas Kesehatan Kota Sukabumi menunjukkan, bayi tersebut lahir dengan bantuan bidan dan mendapat vaksin vitamin K dan hepatitis B.

Setelah dilahirkan, bayi MKA tidak pernah dibawa ke Puskesmas. Orang tuanya membawanya kembali ke Posyand ketika ia berusia 2 bulan 28 hari untuk mendapatkan vaksinasi ulang.

Oleh karena itu, pemberian vaksinasi ganda bertujuan untuk melengkapi status vaksinasi dan mengejar vaksinasi yang terlewat.

Setelah vaksinasi dan pulang ke rumah, tak lama kemudian bayi tersebut menunjukkan tanda-tanda lemas. Hingga orang tua bayi tersebut segera menghubungi Puskesmas.

“Pertolongan pertama diberikan karena petugas vaksinasi langsung datang ke rumah almarhum dan membawanya ke rumah sakit untuk memberikan pertolongan lebih lanjut,” jelas Ketua Komisi Daerah KIPI Jawa Barat, Prof. dr. Kusnandi Rusmil, PhD, SpAK, MM.

Sayangnya, sesampainya di rumah sakit, nyawa MKA kecil tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.

Jika dilihat dari data Posyand, hari itu ada 18 anak yang mendapat vaksinasi. Lalu ada tiga orang anak yang mendapat empat jenis vaksin yang sama dengan anak MKA yang meninggal dunia dan saat ini dalam keadaan sehat.

Menanggapi laporan dugaan kematian anak akibat vaksinasi ganda di MKA, Komisi Daerah KIPI Jawa Barat dan Komisi Nasional KIPI (Komnas) melakukan kajian kausalitas.

Oleh karena itu, belum bisa dipastikan apakah penyebab kematian anak MKA sebenarnya ada kaitannya dengan vaksinasi ganda. Kursus yang disarankan adalah melakukan serangkaian otopsi.

“Audit terhadap KIPI dilakukan bersama dengan Komisi Daerah KIPI Jawa Barat dan Komisi Nasional KIPI. Hasil audit, berdasarkan informasi yang ada, belum dapat ditentukan penyebab kematiannya, apakah ada kaitannya dengan vaksinasi, disarankan dilakukan otopsi, kata Prof. Hindra Satari, Ketua Komnas KIPI.

Atas rencana tersebut, keluarga almarhum bayi MKA tak mau diautopsi. Keluarga kemudian menarik tuntutan mereka dari polisi dan pengacara.

“Keluarga tidak menginginkan autopsi dan telah mencabut tuntutan polisi dan kejaksaan. “Pihak keluarga menyatakan sudah menerima kematian mendiang anak MKA,” kata Hindra.

 

 

Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM) mengumpulkan sampel vaksin yang disuntikkan pada anak MKA yang meninggal tersebut. Hal ini dilakukan untuk menilai kualitas vaksin yang dimaksud.

“BPOM juga mengumpulkan sampel vaksin yang diberikan kepada anak MKA yang meninggal. Sampel ini digunakan untuk pengujian kualitas. Oleh karena itu, saat ini sedang dilakukan pemeriksaan kualitas,” kata Prof. Hindra, Kepala BPOM RI.

Uji mutu ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai keamanan dan mutu vaksin yang digunakan.

Menurut Direktur Manajemen Imunisasi Prima Yosephine, pemberian vaksinasi ganda atau lebih dari satu jenis vaksin dalam satu kunjungan telah direkomendasikan oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Hal ini dianggap aman dan efektif serta sejalan dengan rekomendasi WHO mengenai jadwal vaksinasi rutin dan mengejar ketertinggalan.

“Imunisasi kombinasi (lebih dari satu antigen atau jenis vaksin) sama aman dan efektifnya dengan imunisasi tunggal,” jelas Prima.

Prima juga menegaskan, pemberian suntikan dosis ganda tidak membebani sistem kekebalan tubuh. Antigen dalam vaksin hanyalah sebagian kecil dari apa yang secara alami ditemui tubuh kita setiap hari, lanjutnya.

Data ilmiah dari CDC AS menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vaksin secara bersamaan tidak menyebabkan masalah kesehatan kronis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksin yang direkomendasikan masih efektif dalam kombinasi atau suntikan tunggal.

Walaupun kombinasi vaksin tertentu dapat menyebabkan demam, namun kondisi ini bersifat sementara dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Vaksinasi ganda menawarkan beberapa manfaat bagi anak-anak di Indonesia, antara lain:

1. Dapatkan perlindungan secepat mungkin

Vaksinasi tepat waktu pada usia rentan memungkinkan untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya secepatnya. Hal ini penting untuk membangun kekebalan yang kuat dan mencegah komplikasi serius.

2. Meningkatkan efisiensi

Vaksinasi ganda menghemat waktu dan tenaga orang tua dan anak. Selama kunjungan ke fasilitas kesehatan, beberapa jenis vaksin dapat diberikan secara bersamaan, sehingga mengurangi jumlah kunjungan yang diperlukan.

3. Mengurangi trauma pada anak

Beberapa vaksinasi dalam satu kunjungan dapat membantu mengurangi kecemasan dan rasa sakit pada anak. Semakin sedikit suntikan yang mereka terima, semakin kecil kemungkinan mereka mengalami kecemasan atau ketidaknyamanan.

4. Meningkatkan cakupan program vaksinasi

Metode imunisasi ganda memungkinkan petugas kesehatan untuk mengimunisasi lebih banyak anak dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dapat meningkatkan cakupan program vaksinasi dan memastikan lebih banyak anak mendapatkan perlindungan yang mereka butuhkan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D