0 0
Read Time:2 Minute, 27 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Vasektomi seringkali dipandang dengan ketakutan dan kecurigaan oleh banyak pria, dipengaruhi oleh mitos dan stigma yang terkait dengan prosedur tersebut.

Namun, di balik keraguan tersebut terdapat cerita positif dari pria yang pernah menjalani vasektomi dan merasakan manfaatnya.

Contohnya adalah Yahya Kurniawan, pria berusia 51 tahun yang memutuskan menjalani sterilisasi pada tahun 2008 di usia 35 tahun.

Keputusan Yahya menjalani vasektomi didasari pengalaman istrinya mengalami komplikasi akibat penggunaan berbagai jenis alat kontrasepsi.

Dalam wawancara telepon dengan Health dianrakyat.co.id pada Minggu, 5 Mei 2024, ia mengatakan, “Awalnya yang pakai KB adalah istri saya. Setelah mencoba beberapa jenis KB, ada yang tidak berhasil, ada yang “telah menyebabkan pendarahan.”

Sang istri juga mencoba berbagai jenis pil KB, sehingga menghasilkan terapi hormon jangka panjang.

“Lalu saya berinisiatif mengajak istri saya untuk melakukan KB daripada melanjutkan terapi hormon,” kata Yahya.

Sembari mencari informasi terkait vasektomi, termasuk prosedur, efektivitas, dan efek sampingnya, Yahya membahas keputusan menjalani prosedur vasektomi bersama istrinya.

Keputusan tersebut diambil secara bersama-sama setelah melalui pertimbangan yang matang, mencerminkan kesadaran dan partisipasi aktif keduanya dalam mengelola kesehatan reproduksi keluarganya.

Menurut situs Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), vasektomi adalah operasi kecil (minor Surgery) yang dilakukan untuk menghentikan perjalanan sperma ke testis dan penis.

Dengan kata lain, vasektomi adalah suatu tindakan klinis untuk menghentikan potensi seorang pria dengan cara mencangkok vasa deferina sehingga aliran transportasi sperma terhambat dan tidak terjadi proses pembuahan (penyatuan dengan sel telur).

Lebih lanjut, Yahya mengatakan, tindakan vasektomi saat itu wajib dilakukan ketika dirinya memiliki minimal dua orang anak dan anak bungsunya berusia lima tahun.

Yahya berkata, “Karena kebetulan saya saat itu sudah memenuhi syarat, saya mempunyai 2 orang anak dan yang bungsu berusia 5 tahun, saya diperbolehkan menjalani vasektomi.”

Proses yang dia ambil relatif kecil. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit karena ini bukan operasi besar. 

Yahya mengabarkan, setelah menjalani prosedur, ia bisa beraktivitas normal dan tidak perlu ke rumah sakit: “Bekas lukanya sangat kecil, kurang dari 1 cm.” 

Setelah menjalani prosedur vasektomi, pasien tetap disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain terlebih dahulu saat berhubungan karena masih memerlukan pemeriksaan sperma atau air mani dan pemeriksaan laboratorium.

“Setelah sekitar 12 kali ejakulasi, dia diminta memeriksa kualitas spermanya di laboratorium,” kata Yahya.

Jika pada akhirnya dilaporkan terjadi azoospermia atau kekurangan sperma pada air mani saat ejakulasi, berarti prosedur vasektomi yang dilakukan berhasil dan pasien dapat berhenti menggunakan metode kontrasepsi lain.

Salah satu kekhawatiran utama pria yang mempertimbangkan vasektomi adalah bagaimana prosedur tersebut akan memengaruhi kehidupan seks mereka. Mitos dan kesalahpahaman mengenai vasektomi dan dampaknya terhadap seksualitas kerap menyebar sehingga menimbulkan keraguan dan kekhawatiran.

Padahal, kata Yahya, vasektomi sama sekali tidak mempengaruhi aktivitas reproduksi. 

Katanya, “Sejauh yang saya tahu, tidak ada efek samping. Jadi aktivitas seksual tetap berjalan seperti biasa, ejakulasi tetap utuh.”

Hal ini disebabkan oleh prosedur vasektomi, yaitu hanya mengikat dan memotong saluran keluar sperma dari testis. Sedangkan ejakulasi mengacu pada keluarnya sperma atau sperma yang akan terus berlanjut meski tidak ada sperma di dalamnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D