0 0
Read Time:4 Minute, 2 Second

dianrakyat.co.id – Menjelang Ujian Tulis Komputer (UTBK) di Universitas Surabaya (Unesa), Kampus 2 Lidah Wetan pada Minggu, 5 Mei 2024, terjadi pemandangan tak biasa. Subjek terlihat memasuki ruangan sambil membawa selang dan botol infus.

Muhammad Aymanur Razak, begitu ia disapa, adalah salah satu peserta tersebut. Ia tampak ulet meski mengidap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak Rabu 1 Mei 2024 saat latihan soal persiapan UTBK. Sesaat sebelum tes dimulai, ia terlihat didampingi oleh seorang perawat yang memantau kondisinya dengan cermat.

Dilansir Antara Senin, 6 Mei 2024 Dengan kondisi kesehatan yang dimilikinya, awalnya ia bingung apakah harus tetap mengikuti UTBK atau fokus pada kesembuhannya. Karena tak mau melewatkan kesempatan tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan tes agar bisa masuk ke universitas pilihannya, yakni ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya atau UB (Universitas Brawijaya) Malang.

Saat mulai berlatih soal, Razak merasakan tubuhnya mulai kepanasan dan harus berhenti berlatih karena tubuhnya tampak tidak stabil. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit dan setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium diketahui menderita demam berdarah dan harus mendapat perawatan intensif di RS Semen Gresik.

Sebelum dilaksanakan UTBK, suhu tubuh peserta UTBK asal Gresik ini masih tinggi, namun semangatnya dalam mengikuti ujian juga tidak kalah tinggi. Tekad dan cita-citanya terlalu besar, sehingga langkahnya tak terbendung, meski kesehatannya tak memungkinkan.

Gresik lulusan SMAN 1 ini mengaku meski sakit, ia tetap mengikuti UTBK karena ingin mengharumkan nama masyarakat. Ia mendapat banyak dukungan dari gurunya, teman-temannya dan tentunya orang tuanya. Ia tak mau menyerah dan berharap bisa diterima di program studi pilihannya.

Perawat yang mendampinginya, Muhammad Faturahman, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas perjuangan pasiennya. Kondisi Razak sebenarnya masih belum stabil dan masih membutuhkan infus.

Dokter juga tidak menyarankan pasiennya melakukan aktivitas berat, termasuk bepergian dari Gresik ke Surabaya untuk mengikuti UTBK.

Atas permintaan Razak untuk mengikuti UTBK, dokter akhirnya memperbolehkannya keluar dan memerintahkan Faturahman untuk memberikan perawatan medis agar jika terjadi sesuatu pada pasien dapat segera ditangani.

Ditemukan bahwa pasien sering belajar di rumah sakit, berjuang melawan penyakitnya. Sedangkan untuk infus, Razzaq membutuhkan cairan untuk memenuhi kebutuhan elektrolit tubuhnya karena metabolisme tubuhnya meningkat.

Juga agar tubuh pasien tidak mengalami dehidrasi. Jika demam terjadi secara tiba-tiba, perawat juga dapat segera memberikan obat untuk menurunkan demam.

Disabilitas UTBK

Selain kesulitan yang dialami Razak karena harus mengikuti UTBK dengan selang dan botol infus di tangannya, sembilan calon mahasiswa lainnya harus melewati segala batasan agar bisa lulus ujian. Calon mahasiswa yang mengikuti UTBC di kemah guru ada sembilan orang.

Jumlah peserta UTBK komunitas disabilitas di universitas yang dulu bernama IKIP Negeri Surabaya ini bertambah dari empat peserta pada tahun 2023 menjadi sembilan peserta pada tahun ini. Ferdina Valentino, salah satu peserta tunanetra, mengatakan ujian yang dilaluinya berjalan dengan baik. Persiapan telah dilakukan agar tidak ada rasa takut dan cemas saat menghadapi soal-soal UTBK.

Ditemani ayahnya Ferdinando, Valentino awalnya ragu untuk melanjutkan kuliah. Demi menuntut ilmu dan dibiayai orang tuanya, ia memilih berjuang masuk Unesa melalui jalur UTBK.

Di Unesa, ia memilih Pendidikan Khusus (PLB) dan Ilmu Komunikasi.

Pria yang akrab disapa Vale ini mempunyai motivasi tersendiri dalam menerapkan kurikulum tersebut, salah satunya adalah agar siswa disabilitasnya mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan secara umum mampu bersaing dengan manusia.

Dukungan dari Unesa

Unesa merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang berkomitmen memberikan akses dan kesempatan pendidikan tinggi kepada semua kalangan, baik penyandang disabilitas maupun non-disabilitas. Unesa merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri di Jawa Timur yang dijadikan tempat UTBK bagi penyandang disabilitas.

Selain fasilitas ramah disabilitas, Unesa menyediakan pengawas dan pendamping guru dan siswa pendidikan khusus (PLB), serta pusat mitigasi krisis (SMCC) bagi setiap peserta. Pada saat UTBK juga disiapkan alat-alat khusus untuk menunjang kelancaran UTBK.

Sebenarnya dari segi persiapan sesi disabilitas hampir sama dengan tahun lalu, namun dari sisi aplikasi, Unesa telah menyiapkan teknologi dDesktop Non-Visual Accessibility (NVDA) untuk membantu peserta tunanetra dalam membaca dan memahami; teks pertanyaannya.

Melalui teknologi ini, teks di layar diubah menjadi suara. Selain itu, ada juga dukungan regulasi dari pemerintah pusat.

Komitmen Unesa terhadap disabilitas tidak hanya diwujudkan dalam penyelenggaraan UTBK saja, namun juga dibukanya jalur mandiri penerimaan disabilitas.

Peserta yang misalnya tidak lulus jalur UTBK, dapat menggunakan nilai UTBKnya untuk mendaftar pada jalur tes mandiri kategori disabilitas atau non-disabilitas.

Rektor Unesa Prof. B. Ada yang datang dari tempat terjauh dengan susah payah dan ada pula yang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan, seperti Gresik Rezak.

Chak Hasan, sapaan akrab Nurhasan, mengatakan setiap perjuangan tidak akan sia-sia. Siapapun yang berjuang dengan sungguh-sungguh, hasil yang didapatnya tidak akan mengkhianati proses.

UNESCO melalui Fakultas Kedokteran (FK) menyediakan tim medis khusus yang tetap bersiaga selama tes UTBK. Tim siap mengantisipasi dan memberikan perawatan medis kepada peserta yang membutuhkan. (Semut)

Baca artikel edukasi menarik lainnya di link ini. Rusia dan Indonesia konfirmasi kerja sama pertukaran pelajar International Standard University (Global University), Universitas Krisnadvipayana (Uncris) tandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ped dianrakyat.co.id.co.id dari Ural State 21 September 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D