dianrakyat.co.id, Jakarta PT Kereta Api Indonesia (KAI) bekerja sama dengan BPH Migas semakin mempertegas komitmen efisiensi penggunaan bahan bakar ringan untuk kendaraan kereta api.
Pekerjaan tersebut mendukung kebijakan pemerintah untuk meningkatkan mobilitas masyarakat melalui transportasi massal yang efisien seperti kereta api yang efisien dan mampu mengurangi kemacetan dan emisi batubara.
Ann Purba, VP Public Relations KAI, mengatakan kereta api memiliki banyak keunggulan sebagai transportasi massal, efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan.
“Dukungan seluruh pemangku kepentingan, termasuk rilis harga BBM, penting untuk mendongkrak perkembangan kendaraan kereta api,” ujarnya, Jumat (25/10/2024). Harga bahan bakar kereta api tahun 2024
Berdasarkan Perintah Pelaksana BPH Migas Nomor 53/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2024, konsumsi bahan bakar kereta api penumpang umum dan barang pada tahun 2024 ditetapkan sebesar 196.653 kiloliter (KL). Rincian kuota ini adalah: KA Penumpang : 172.849 KL KA Barang Klinker : 1.050 KL KA Barang Parcel : 2.529 KL KA Barang Kontainer : 15.539 KL KA Barang Semen : 4.686 KL
Dengan kuota tersebut, KAI dapat mengoptimalkan penggunaan bahan bakar untuk mendukung operasional kereta api penumpang dan kendaraan guna memenuhi kebutuhan transportasi nasional.
Ann menjelaskan, untuk mengangkut batu bara hingga jarak 409 km, satu kereta api hanya membutuhkan 4.629 liter bahan bakar untuk mengangkut 3.000 ton batu bara dalam 92 gerbong. Sebaliknya, mengangkut satu gerbong (150 unit) menghabiskan 22.125 liter bahan bakar minyak, yang berarti bahwa untuk mengangkut satu gerbong (150 unit) menghabiskan bahan bakar minyak sebanyak 22.125 liter. kereta api lebih efisien.
“Perbandingan ini menunjukkan betapa hemat bahan bakar kereta api, terutama untuk mengangkut barang seperti batu bara, kontainer, dan semen,” kata Ann. Pengurangan energi dan karbon
Mengutip pedoman pengurangan GRK dari Defra/DECC, Ann mengatakan bahwa penggunaan kereta api untuk angkutan barang akan meningkatkan efisiensi bahan bakar sekitar 79% dan mengurangi emisi karbon hingga 99%. Saat ini kontribusi angkutan kereta api hanya sebesar 2% dari total angkutan darat di Indonesia, padahal memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan.
Ann juga menyoroti biaya pemeliharaan jalan akibat truk Over Dimension Over Load (ODOL). Menurut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), kerusakan jalan akibat ODOL menambah anggaran pemeliharaan jalan rata-rata mencapai Rp 43,45 triliun per tahun.
KAI oleh BPH Migas berupaya memanfaatkan bahan bakar terjangkau seefisien mungkin sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
“Kami akan bekerja sama dengan BPH Migas dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan distribusi bahan bakar yang menguntungkan berjalan lancar sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG),” kata Anne.
Selain itu, KAI terus memperluas layanan angkutan batubara di Sumatera Selatan untuk mendukung ketenagalistrikan di Pulau Jawa dan Bali dengan menyediakan pasokan yang stabil, aman, dan ramah lingkungan.
“Kami bekerja sama dengan BPH Migas dan pemangku kepentingan untuk memastikan distribusi batu bara guna mendukung ketahanan energi negara,” tutup Ann.